Penatalaksanaan Fisioterapi dalam Upaya Meningkatkan Kekuatan Otot dan Fungsional pada Kasus Bell's Palsy: A Case Report
Abstract
Pendahuluan: Bell's Palsy didefinisikan sebagai kelumpuhan saraf fasialis atau nervus VII yang terjadi secara unilateral atau satu sisi, dengan penyebab yang tidak diketahui secara spesifik, kondisi ini dikenal sebagai Bell's palsy akibat pembengkakan dan tekanan saraf pada foramen styomastoid dan menyebabkan penghambatan atau kerusakan saraf. Bell's Palsy dapat menyerang individu di segala usia dan jenis kelamin, kejadian tahunan berkisar antara 11,5 hingga 53,3 per 100.000 orang disegala populasi. Prevalensi Bell's Palsy di Indonesia didapatkan 19,55% kasus Bell's Palsy, sering dijumpai pada usia 20-50 tahun dan kejadian meningkat saat bertambah usia diatas 60 tahun. Presentasi kasus: Pasien Ny. F dengan usia 40 tahun jenis kelamin perempuan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien mengeluhkan rasa tebal pada wajah, dan pasien merasa berat saat menggerakan wajah bagian kanan. Pada diagnosa medis pasien terdiagnosa Bell's Palsy Dextra. Managemen dan Hasil: Pasien diperiksa sebelum dan sesudah intervensi, dilakukan pemeriksaan vital sign, palpasi, nyeri (NRS), sensibilitas, kekuatan otot (MMT), dan fungsional (Ugo Fisch Scale). Pasien diberikan intervensi berupa infra red, face massage, dan mirror exercise. Kemudian dilakukan evaluasi pemeriksaan dan diberi edukasi serta home program. Diskusi: Hasil evaluasi pasien Ny. F pada kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT) belum terdapat peningkatan dari T0-T2. Hasil evaluasi gerak dan fungsional dengan Ugo Fisch Scale terdapat peningkatan dari T0-T2, pada T0 dan T1 hasil 75% sedangkan pada T2 hasil meningkat menjadi 78%, peningkatan terrsebut ada pada gerakan mengerutkan dahi dari 70% menjadi 100%. Kesimpulan: Pemberian intervensi Infra red, Face massage, dan Mirror exercise selama 2 kali dalam 2 minggu kurang menunjukan peningkatan kekuatan otot, gerak dan fungsional wajah pada kasus Bell's Palsy, maka dari itu diperlukan tambahan waktu dalam melakukan treatment fisioterapi agar hasil evaluasi kekuatan otot, gerak dan fungsional wajah pada kasus Bell's Palsy dapat mengalami peningkatan yang signifikan.