Management Fisioterapi pada Kasus Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis (SOPT): Studi Kasus
Abstract
Pendahuluan: Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) adalah kondisi yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran napas yang ditemukan pada pasien pasca Tuberculosis dengan lesi paru minimal. Kerusakan paru yang terjadi pada saluran pernapasan obstruksi adalah komplikasi yang terjadi pada sebagian besar penderita tuberculosis pasca pengobatan, dengan gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru Presentasi Kasus: Pasien mengeluhkan sesak napas saat beraktivitas berat dan ketika naik turuntangga serta terkadang disertai menggeh-menggeh. Ketika dilakukan pemeriksaan pasien mengalami sesak napas sedang, spasme m.upper trapezius, penurunan sangkar thoraks, dan penurunan kapasitas paru. Management dan Hasil: Dengan pemberian intervensi MWD, breathing exercise, dan endurance setelah 4 kali pertemuan fisioterapi didapatkan hasil perubahan spasme pada pertemuan keempat sudah tidak ada spasme. Pada hasil sesak napas dengan skala Borg didapatkan T1:3 menjadi T4:1. Pada hasil ekspansi sangkar thoraks terutama pada axilla dengan menggunakan meterline T1:3,5 cm menjadi T4: 4 cm. Pada hasil kapasitas paru dengan menggunakan voldyne T1:700 ml (40%) menjadi T4: 800 ml (46%) sedangkan dengan peakflow meter T1: 180 ml (41,8%) menjadi T4: 300 ml (69,7%). Diskusi: Pada pasien dengan SOPT ini mengalami disfungsi paru-paru mulai dari sesak napas ringan hingga penurunan kualitas hidup yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sehingga diberikannya perlakuan fisioterapi secara progresif akan memberikan perubahan kepada pasien. Kesimpulan: Management fisioterapi pada kasus SOPT memberikan efek positif pada penurunan spasme otot upper trapezius dan sesak napas, serta peningkatan sangkar thoraks, dan kapasistas paru.