Manajemen Fisioterapi pada Kasus Pasca Histerektomi Pervaginam Prolaps Uteri: Studi Kasus

Authors

  • Denada Salsabila Universitas Muhammadiyah Surakarta
    Indonesia
  • Tiara Fatmarizka Universitas Muhammadiyah Surakarta
    Indonesia
  • Nurul Muflihah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
    Indonesia

Abstract

Pendahuluan: Prolaps uterus juga dikenal sebagai prolaps organ panggul (POP) yaitu turunnya rahim dari batas anatomi normalnya ke posisi di dalam atau di luar introitus vagina. POP adalah kondisi umum yang prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia, dengan mempengaruhi sekitar 40% wanita berusia di atas 50 tahun. Gejalanya berupa rasa berat pada vagina, sensasi ada benjolan yang turun ke dalam vagina, dan rasa tidak nyaman/tertekan pada panggul yang sangat mempengaruhi kualitas hidup wanita dengan POP. Pada perawatan operatif atau bedah dapat berupa histerektomi. Perawatan konservatif meliputi pelatihan otot dasar panggul (PFMT), perubahan gaya hidup, dan pengobatan estrogen, semuanya bertujuan untuk mencegah gejala dan memperburuk prolaps uteri. Presentasi Kasus: pasien dengan diagnosa medis post histerektomi pervaginam prolaps uteri mengalami permasalahan berupa nyeri pada bekas luka operasi histetrektomi di vagina, penurunan kekuatan otot dasar panggul, dan penurunan kemampuan fungsional. Manajemen dan Hasil: pasien diberikan intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap sebanyak 4 kali dan didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah, penurunan nyeri (diam, tekan, gerak), peningkatan kekuatan otot dasar panggul, dan peningkatan kemampuan fungsional. Diskusi: penurunan tekanan darah dan nyeri terjadi setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise. Selain itu, terjadi juga peningkatan kekuatan otot dasar panggul setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa pelvic floor exercise. Peningkatan kekuatan otot juga dapat dipengaruhi oleh nyeri yang mulai berkurang sehingga pasien tidak takut untuk bergerak atau melakukan latihan. Kemampuan fungsional pasien juga mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa active movement exercise dan latihan mobilisasi bertahap. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh kondisi umum pasien yang semakin hari semakin membaik, tekanan darah yang mulai terkontrol, dan penurunan nyeri. Kesimpulan: pemberian intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap sebanyak 4 kali dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi nyeri (diam, tekan, gerak), meningkatkan kekuatan otot dasar panggul, dan meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus pasca histerektomi pervaginam prolaps uteri.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2024-07-25