Seorang Laki-Laki Usia 68 Tahun dengan Nyeri Lengan Kanan Atas
Abstract
Fraktur adalah hilangnya kontinuinitas tulang yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Mungkin berupa retakan atau pecahnya korteks; namun lebih sering berupa patahan komplit. Sebagian besar patah tulang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan (overloading), bisa disebabkan oleh cidera langsung (direct injury) maupun cidera tidak langsung (indirect injury). Fraktur humerus relatif umum, mewakili sekitar 1% hingga 5% dari semua fraktur. Insiden tahunan berkisar antara 13 hingga 20 per 100.000 orang dan telah ditemukan lebih tinggi dengan usia. Fraktur humerus dapat diklasifikasi menjadi proksimal, shaft, dan distal. Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas, nyeri tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas atau keutuhan tulang, dan gangguan neurovaskuler. Pemeriksaan penunjang radiografi polos cukup untuk mengkonfirmasi diagnosis dan rencana tatalaksana untuk fraktur humerus. Anteroposterior (AP) dan radiografi lateral diperlukan untuk memvisualisasikan dan membuat penilaian lengkap dari fraktur. Tambahan radiografi bahu dan siku sangat dianjurkan dalam kasus di mana ada dugaan cedera pada ini sendi (nyeri di sekitar bahu atau siku). Terapi fraktur secara umum memerlukan prinsip “empat R”, yaitu : rekognisi, reduksi atau reposisi, retaining atau imobilisasi, dan rehabilitasi. Berikut beberapa metode dan alat yang digunakan pada terapi konservatif: Hanging cast, Coaptation splint, Thoracobranchial immobilization (velpeau dressing), dan Shoulder spica cast.