Seorang Pria 78 Tahun dengan Anemia Hipokromik-Mikrositik karena Infeksi Cacing di RSUD Dr.Sayidiman Magetan
Abstract
Anemia secara umum didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memneuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukupp ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Anemia ringan hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun berlanjut kekeadaan anemia berat dengan gejala-gejala keletihan, takipneu, nafas pendek saat beraktivitas, takikardia, dilatasi jantung, dan gagal jantung (Amalia & Tjiptaningrum, 2016). Kelainan tersebut merupakan penyebab disabilitas kronik yang berdampak besar terhadap kondisi Kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Prevalensi anemia dunia menurut WHO masih berkisar 40-88%. Prevalensi anemia nasional menurut publikasi Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2008 adalah 11,3%. Penyebab anemia bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi. Seperti haid yang berlebihan, perdarahan gastrointestinal. Berdasarkan klasifikasi secara morfologis anemia dibedakan atas makrositik, mikrositik, normositik. Sedangkan anemia defisiensi zat besi yaitu kekurangan zat besi dalam tubuh disebabkan antara lain kebutuhan yang meningkat, menstruasi, kecacingan yang juga mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorbs), dan metabolisme makanan. Selain itu infeksi cacing dapat menimbulkan kekurangan gizi berupa kalori dan protein, serta kehilangan darah yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak (Kristinawati & Jiwantoro 2020).