Pendekatan Dokter Keluarga pada TB Paru
Abstract
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kronik menular yang menyerang pada bagian saluran pernafasan tubuh manusia dan disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kelompok kuman Mycobacterium biasa disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA)(Maharani et al., 2018). Manifestasi klinis TB menurut kemenkes yaitu ; Batuk ≥ 2 minggu, batuk berdahak, batuk berdahak dapat bercampur darah, dapat disertai nyeri dada, sesak napas. Dengan gejala lain meliputi: Malaise, penurunan berat badan, menurunnya nafsu makan, menggigil, demam, berkeringat di malam hari (Kemenkes, 2019). Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2020 yang diterbitkan oleh WHO, diperkirakan pada tahun 2019 terdapat insidens kasus sebesar 8,9 sampai 11 juta jiwa (PDPI, 2021). Indonesia merupakan negara dengan peringkat ketiga setelah India dan Cina dalam kasus TBC paru. Prevalensi TBC paru di Indonesia terbagi menjadi tiga wilayah, diantaranya Sumatera 33%, Jawa dan Bali 23%, dan Indonesia bagian timur 44% (Hamidah et al, 2020). Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah dengan angka penemuan kasus (CDR) yang masih sangat jauh dari target nasional sebesar 70%. CNR untuk seluruh kasus TB tahun 2014 sebesar 52,05 per 100.000 penduduk, tahun 2015 53,83 per 100.000 penduduk dan tahun 2016 sebanyak 50,79 per 100.000 penduduk (Putri et al, 2018). Berdasarkan data dan permasalahan di atas, penulis tertarik melakukan upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien dengan TB Paru untuk membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh baik secara klinis personal, dan psikososial keluarga sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.