Proceeding Book Call for Papers Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran
<p>Proceeding Title: <strong>Proceeding Book Call for Papers Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta<br /></strong>Organizer: Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta<br />ISSN (Online): <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1579573044" target="_blank" rel="noopener">2721-2882</a></p> <p>Proceeding Book Call for Papers Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta diterbitkan dalam rangka seminar tahunan yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta.</p>en-US[email protected] (Rochmadina Suci Bestari)[email protected] (Rochmadina Suci Bestari)Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700OJS 3.3.0.19http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss60Seorang Laki-Laki Usia 24 tahun dengan Combustio Grade II A 3% Pedis Dextra et Sinistra
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/3965
<p>Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler. Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua dalam, dan derajat ketiga. Pada pasien ini terdapat keluhan nyeri, panas dan perih pada kedua telapak kaki karena terpeleset ke sisa pembakaran, namun masih mampu berjalan. Penatalaksanaan dengan pemberian Infus NacL 0,9% 20 tetes per menit, Ceftriaxone 3x1, Ranitidin 2x1, Ketorolac 3x1, Paracetamol 3x1, salep silver sulfadiazine dan rawat luka. Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka.</p>Fitri Chyndi Pangestiwi, Abdul Hakam Mubarok
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/3965Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Sistostomi karena Retensi Urin dengan Penyebab yang Tidak Diketahui
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/3966
<p>Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk berkemih secara volunter yang merupakan keadaan darurat urologis dan sering kali terjadi pada laki-laki. Angka kematian pria dengan retensi urin spontan dalam 1 tahun meningkat dari 4,1% pada pasien berusia 45 hingga 54 tahun menjadi 33% pada pasien berusia 85 tahun ke atas. Pada kasus ini, seorang laki-laki 56 tahun mengeluh tidak bisa BAK dan mengalami sakit pada perut bagian bawah. Didapatkan nyeri tekan pada perut bagian bawah dan vesica urinaria terasa penuh saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang lain masih dalam batas normal. Pada pasien ini dilakukan pemasangan Dower Kateter tetapi tidak bisa masuk sepenuhnya karena adanya kemungkinan obstruksi uretra. Kemudian diputuskan dilakukan operasi sistostomi terbuka pada pasien ini. Diagnosis retensi urin ditegakkan namun belum diketahui penyebab pastinya.</p>Nico Gonzales, Abdul Hakam Mubarok
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/3966Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita Berusia 22 tahun dengan Neuritis Optik Bilateral: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/3967
<p>Neuritis optik merupakan inflamasi nervus optik terkait penyakit demielinasi disebabkan oleh infeksi, trauma, insufisiensi vaskular, metastasis, toxin atau idiopatik yang dapat menurunkan penglihatan pada satu atau kedua mata disertai rasa nyeri. Laporan kasus ini melaporkan sebuah kasus seorang wanita berusia 22 tahun dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Solo dengan keluhan penglihatan kanan kiri kabur disertai rasa nyeri. Pasien memiliki riwayat sinusitis dan telah menjalani tindakan pembedahan FEES. Status oftalmologis visus OD 2/60 dan OS 1/~, gerakan bola mata OS terhambat ke arah lateral, superotemporal dan inferotemporal, bulbus oculi OS 7⁰ ET, pupil OS terjadi penurunan reflek cahaya dan RAPD serta fundus reflek (+) cemerlang pada ODS. Pemeriksaan darah lengkap didapatkan hemoglobin 10.9 g/dL, hematokrit 33.2%, leukosit 13.2 103/μL, MCV 237fl dan MCH 29.3 pg. ANA profile test menunjukkan borderline systemic sclerosis diffuse and limited form. Pemeriksaan MRI didapatkan massa sinonasal dengan perluasan pada sebagian lobus temporalis kanan serta aspek posterior cavum orbitalis kanan kiri yang tampak menekan ujung distal nervus optikus kanan kiri dan chiasma optikum. Neuritik optik bilateral ditegakkan menjadi diagnosis kerja pada kasus ini. Selanjutnya pasien di rawat inap dan diberikan terapi kortikosteroid berupa injeksi methylprednisolone 250 mg/6 jam selama 3 hari.</p>Atika Fatwa Yukhabilla, N Naziya
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/3967Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita 72 Tahun dengan Hemiparase Sinistra dan Disartria Lingual
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4256
<p>Stroke merupakan penyakit kegawatdaruratan neurologi yang bersifat akut dan salah satu penyebab kecatatan dan kematian tertinggi dibeberapa dunia. Tanda-tanda klinis stroke terjadi secara cepat atau mendadak berupa defisit fokal (atau global) pada fungsi otak, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih tanpa penyebab yang lain selain penyebab vaskuler. Menurut American Heart Association, stroke menduduki peringkat ke-5 di antara semua penyebab kematian di Amerika Serikat, menyebabkan 150.005 kematian pada tahun 2019. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2018, prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2013, menjadi 10,9 per 1000 penduudk pada tahun 2018. Pada laporan kasus ini didapatkan seorang wanita berumur 72 tahun dengan keluhan kelemahan pada tangan dan kaki kiri. Pasien juga mengeluh berbicara pelo dan suara tidak jelas. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan diabetes melitus sudah 5 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik yaitu kesadaran composmentis, Glasgow Coma Scale (GCS) E4V5M6, tekanan darah 145/87 mmHg, kekuatan otot lateralisasi sinistra. Pemeriksaan Computed Tomography (CT) Scan kepala tampak senile brain atrophy. Diagnosis Klinis : Hemiparase sinistra dengan hipertensi dan diabetes melitus. Pasien diberikan tatalaksana yaitu citicolin dan pracetam.</p>Tasya Rasyidah, Titian Rakhma
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4256Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Kejang Demam Kompleks pada Anak Usia 2 Tahun: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4257
<p>Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan yang terjadi pada anak yang berumur sekurang kurangnya 6 bulan hingga 5 tahun yang diikuti kenaikan suhu tubuh diatas normal( suhu > 38 C dengan metode pengukuran apapun) yang tidak disebabkan oleh proses intracranial. Kasus kejang demam di Indonesia ditemukan sekitar 2-4% anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Apabila sudah berusia >6 tahun tetapi jika demam tinggi mendadak mengalami kejang disebut febrile seizure plus. Anak laki-laki dengan kejang demam lebih banyak (66%) dibandingkan dengan anak perempuan (34%). Kejang demam kompleks merupakan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit , kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial.berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam. Salah satu dari ketiga kriteria tersebut ada dapat disebut kejang demam kompleks. Kami melaporkan kasus anak berusia 2 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Sayidiman Magetan dengan keluhan kejang 2 kali dalam 24 jam, durasi kejang 1-2 menit. Berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan penunjang, diagnosis awal pada pasien adalah kejang demam kompleks. Kasus ini menggambarkan kasus kejang demam kompleks. Kasus ini menekankan pada pentingnya diagnosis dan pengobatan optimal pada kasus kejang demam kompleks.</p>Rahmat Dani Yamsun, Rahma Anindita
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4257Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita 52 Tahun dengan Carpal Tunnel Syndrome Bilateral
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4258
<p>Sindrom terowongan karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terjadi ketika saraf median tertekan saat melintasi terowongan karpal. Faktor utama yang berkontribusi terhadap timbulnya CTS adalah peningkatan tekanan di dalam terowongan karpal. Kami melaporkan perempuan berusia 52 tahun datang dengan keluhan jari kedua tangan terasa kebas dan kesemutan sejak setahun yang lalu. Tangan kebas dan kesemutan dirasakan pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Kebas dan kesemutan mulanya dirasakan saat malam hari seperti ditusuk jarum, kemudian saat ini dirasakan sepanjang waktu. Keluhan memberat pada saat malam hari hingga pasien terbangun dan ketika selesai melakukan aktivitas. Keluhan berkurang pada saat pasien mengibaskan tangan, mengistirahatkan tangan, dan merendamnya dengan air hangat. Saat ini pasien mengeluhkan tidak bisa menggenggam tas tenteng yang dibawanya terlalu lama. Pemeriksaan fisik dan status generalis dalam batas normal. Pada status lokalis didapatkan atrofi otot tenar -/+, tonus otot thenar melemah -/+, phalen test +/+, reverse phalen test +/+, tinel test +/+, durkan’s test +/+, flick sign +/+, bottle sign +/+. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah meloksikam 2x7.5 mg, gabapentin 2x300 mg, dan mecobalamin 2x500 mcg. Kasus ini membahas mengenai pemeriksaan yang menunjang diagnosis CTS.</p>Khonsa Afifah Husniyyah, Titian Rakhma
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4258Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Hipertensi: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4259
<p>Hipertensi merupakan penyebab sekaligus akibat dari gagal ginjal kronis serta berkontribusi pada progresivitas penyakit ginjal. Seiring dengan penurunan eGFR, insiden dan keparahan hipertensi meningkat. Seorang laki-laki usia 61 tahun datang dengan keluhan kedua kaki bengkak semenjak 1 minggu yang lalu. Keluhan pusing, mata kabur, sesak, nyeri dada, mual, dan kesemutan disangkal. Pasien tidak mengetahui adanya riwayat hipertensi sebelumnya, dan belum pernah mengonsumsi obat hipertensi. Pasien didiagnosis dengan gagal ginjal kronis dengan hipertensi. Tekanan darah pasien 210/110 mmHg, BMI 30.5, pemeriksaan jantung didapatkan kardiomegali, asites undulasi (+), dan adanya piting udem pada kedua ekstremitas bawah, pemeriksaan penunjang hematologi didapatkan adanya peningkatan leukosit 17.87x10³/ul, penurunan eritrosit 3.12 jt/ul, penurunan hb 9 g/dL, penurunan hematokrit 28.4%. pemeriksaan kimia klinik didapatkan peningkatan serum urea 148 mg/dL dan peningkatan kreatinin 7.5 mg/dL. Hasil pemeriksaan USG abdomen pada didapatkan Peningkatan eksogenesitas korteks ginjal kanan kiri dan kista multiple ginjal kanan. Pasien mendapat terapi infus RL 8 tpm, inj. Furosemid 2 ampul/ 8 jam, bikarbonat 3x50 mg, asam folat 2x1, terapi hipertensi amlodipine 10 mg 1x1, candesartan 8mg 1x1, ISDN 3x1 serta pasien menjalani hemodialisa dengan program HD UFG 2000, Qb 150-180, Qd 500, heparin mini, durasi 4 jam.</p>Sarwasri Fajra Nugrahaeni, Retno Suryaningsih
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4259Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Pria 32 Tahun dengan Sindrom Nefrotik
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4260
<p>Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gr/hari, hipoalbumin <3,5 g/hari hiperkolesterolemia dan lipiduria. Insiden sindrom nefrotik pada dewasa terjadi 3 per 100.00 populasi. Rata-rata 80%-90% kasus sindrom nefrotik pada dewasa penyebabnya masih belum diketahui. Laporan kasus ini menjelaskan tentang sindrom nefrotik pada pasien laki-laki usia 32 tahun yang datang ke IGD dengan keadaan lemas, mual dan kedua kaki membengkak sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan perut membesar sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu dan urin berwarna seperti teh serta berbusa. Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah infus albumin, injeksi furosemide 1x1, injeksi metoklopramide 2x1 dan terapi oral berupa ramipril 2,5 mg 1x1, atorvastatin 20mg 1x1, enalapril 1x20 mg, Metilprednisolon 16 mg 3x1. Pasien ini menjalani rawat inap selama 4 hari dengan terapi tersebut. Selama rawat inap tidak ditemukan kendala seperti efek samping obat dan lain sebagainya.</p>Rizqi Aji Prasetyo, Mohamad Ananto Cahyoajibroto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4260Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Dampak Personal Hygiene dan Kebersihan Lingkungan terhadap Pasien Scabies dengan Latar Belakang Pedesaan: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4261
<p>Scabies merupakan investasi ektoparasit pada kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei yang ditandai dengan rasa gatal di malam hari dan terdapat adanya papul dengan dasar eritema dan nampak adanya eksoriasi. Prevalensi scabies di dunia masih cukup tinggi. Scabies merupakan penyakit endemis di negara dengan iklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Karibia, Australia Tengah, Australia Selatan dan Amerika Selatan. Scabies berada pada posisi ketiga dari 12 kasus penyakit kulit yang sering terjadi di indonesia. Scabies terjadi karena faktor risiko seperti sanitasi lingkungan tempat tinggal dan personal hygiene. Scabies ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita atau lingkungan penderita. Laporan Kasus ini memaparkan dampak personal gygiene dan kebersihan lingkungan terhadap kejadian scabies dengan latar belakang pedesaan yang dialami oleh Ny.S, usia 50 tahun. Personal hygiene yang buruk dan kebersihan lingkungan yang kurang menjadi penyebab terjadinya scabies. Insidensi scabies banyak terjadi di pedesaan dikarenakan faktor pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang kurang.</p>Shintia Suci Pratama Dewi, Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Ratih Pramuningtyas
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4261Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Anak Usia 5 Tahun dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4262
<p>Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Diare masih merupakan penyebab kematian utama di dunia menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian terbanyak untuk anak-anak dibawah lima tahun setelah Pneumonia dan penyakit bawaan. WHO melaporkan pada tahun 2017 terdapat 1,7 miliar angka kejadian kasus diare secara global di seluruh dunia. Berdasarkan derajat dehidrasinya dapat dibagi menjadi Diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang, dan diare dehidrasi berat. Menurut IDAI diare dapat disebabkan oleh Infeksi baik itu oleh virus, bakteri dan parasit. Virus, terutama Rotavirus merupakan penyebab utama (60-70%) diare infeksi pada anak, sedangkan sekitar 10-20% adalah bakteri seperti bakteri E coli, aeromonas hydrophila dan kurang dari 10% adalah parasit seperti giardia lamblia, dan trichuris trichiura. Kami melaporkan seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dengan keluhan muntah sebanyak 10x dan BAB cair. Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dan mendapatkan tatalaksana Infus D5 ½ NS 12 tpm, injeksi cefotaxime 3x300, injeksi Ondansentron 3x1/3 ampul, Zinc syr 1x1 cth, L Bio dan Ambroxol syr 3x1 cth.</p>Putri Rahayu Warseno, S Sudarmanto, Syah Fillia Nurul Maslahah, Izzah Tsaqoofah Jati
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4262Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki 80 Tahun dengan Peritonitis Generalisata et Causa Sepsis dan Appendisitis
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4263
<p>Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan sebagian atau seluruh selaput peritoneum parietale ataupun viserale pada rongga abdomen. Pasien laki-laki berusia 80 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Sayidiman Magetan pada tanggal 16 September 2023 dengan keluhan nyeri perut. Nyeri dirasakan di sebelah kanan area perut dan dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang diawali dengan rasa tidak nyaman diperut, nafsu makan menurun dan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, tetapi pasien tidak pernah memeriksakan dan mengabaikan keluhan yang terjadi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak baik dan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 113/90 mmHg, nadi 71, suhu 36oC dan pernapasan 20x/menit. Pada palpasi perut teraba distended dengan adanya nyeri tekan dan deffan’s muscular. Pada perkusi didapatkan hipertimpani seluruh lapang abdomen. Pemeriksaan auskultasi di dapatkan penurunan pada bising usus. Pemeriksaan penunjang lab darah didapatkan peningkatan leukosit hingga 21.300. Diagnosis kerja pada pasien yaitu peritonitis generalisata dengan sepsis et causa appendisitis. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu berupa medikamentosa, non medikamentosa berupa tindakan operatif. Tatalaksana medikamentosa yang diberikan yaitu inf infimox 1x400, inf metronidazole 3x1, inf paracetamol 3x1, inj pantoprazole 1x1, inj ondancetron 3x1 serta inj furamin 3x1. Tatalaksana non medikamentosa atau operatif berupa laparatomi eksplorasi, evakuasi, adhesiolisis dan appendektomi.</p>Titan Indrajana, Catur Widayat
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4263Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Pitiriasis Versikolor pada Pasien yang Menggunakan Imunosupresan yang Sering Terabaikan: Case Report
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4264
<p>Pityriasis versicolor, infeksi jamur superfisial kronis yang disebabkan oleh jamur lipofilik dari genus,malassezia merupakan infeksi yang umum terjadi di daerah tropis, epidemiologi dari 100 pasien dengan pitiriasis versikolor, 70% adalah laki-laki dan 30% adalah perempuan. Pengaruh kortikosteroid atau riwayat konsumsi imunosupresan dosis tinggi mengakibatkan meningkatkan pertumbuhan jamur yang mengakibatkan lesi pada kulit. Pemeriksaan fisik menunjukkan papula hipopigmentasi multipel. Sebagian besar lesi bersifat folikulosentris ditemukan bahwa 3 dari pasien menderita infeksi pityriasis versikolor, dibuktikan dengan sediaan KOH yang positif. Tampaknya bermanfaat untuk mempelajari kejadian pityriasis versikolor pada sejumlah besar pasien yang diobati dengan steroid. Seorang laki-laki tuan R usia 64 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan terdapat perubahan warna kulit di sekitar paha kanan dan paha kiri, keluhan sudah berlangsung sekitar 1 bulan yang lalu setelah konsumsi obat kortikosteroid diakui pasien. Pada pemeriksaan fisik, compos mentis, suhu 36,5°C, tekanan darah 120/80 mmHg, HR 70x/menit, saturasi oksigen 99%, dan RR 22x/menit. Pada status ujud kelainan kulit terdapat maculopapular hipopigmentasi.</p>Luky Muktasim, Ratih Pramuningtyas, Flora Ramona Sigit Prakoeswa
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4264Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki 30 Tahun dengan ODS Buta Warna Parsial
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4265
<p>Buta warna dapat menyulitkan atau bahkan membuat seseorang tidak mampu melakukan pekerjaan tertentu yang membutuhkan persepsi warna dalam tanggung jawabnya, seperti pilot karena banyak aspek penerbangan bergantung pada pengodean warna.. Faktor utama yang sampai saat ini dipercaya sebagai penyebab utama buta warna adalah kongenital yang sex-linked, artinya kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Hal ini yang menyebabkan lebih banyak penderita buta warna laki-laki dibandingkan wanita. Tujuanya untuk mengetahui kasus buta warna parsial yang ada di Poliklinik Mata RSUD dr.Sayidiman Magetan. Pada uji Ishihara pasien tidak dapat melihat warna merah terang atau warna jingga dan warna hijau muda dan diagnosis ODS Protanopia, Deuteranopia (buta warna parsial). Kasus ini menggambarkan penderita dengan ods buta warna parsial. Gejala klinis yang dikeluhkan pasien adalah penglihatan kurang jelas pada mata kanan dan kiri, pandangannya kabur, dan sulit membedakan beberapa warna, Pemeriksaan fisik oftalmologi didapatkan pemeriksaan visus VOD : 4/5, VOS : 4/5 yang menunjukan adanya sedikit penurunan penglihatan pada mata kanan dan kiri. Tidak terdapat pengobatan untuk buta warna yang diturunkan.</p>W Wildan, Patti Arsendra
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4265Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Rehabilitasi Medik Pasien dengan Frozen Shoulder Dextra
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4266
<p>Frozen shoulder merupakan inflamasi yang menimbulkan kekauan dan nyeri pada sendi glenohumeral. Gerakan aktif atau pasif dapat menimbulkan nyeri dan mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi. Pada gerakan pasif mobilisasi terbatas pada pola kapsuler yaitu eksrotasi lebih terbatas dari abduksi lebih terbatas endorotasi. Menurut Riskesdas pada tahun 2018, kejadian gangguan pada sendi di Indonesia ada sebesar 7,3%. Kondisi frozen shoulder di Indonesia terjadi pada kurang lebih 3% populasi dengan 10% dari mereka terkena pada bahu bilateral. Frozen shoulder Sebagian besar menyerang pada rentang usia 40 – 60 tahun. Insiden pada wanita 1,6 hingga 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada pria. Tatalaksana rehab medik yang dapat diberikan berupa pemberian terapi dingin, terapi panas, dan latihan penguatan yang berfokus pada rotator cuff.</p>Distya Ayu Renatasari, Iceu Helmina Hurriawati
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4266Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Bayi Laki-Laki Baru Lahir Cukup Bulan Lahir Sectio Caesarea dengan Sepsis
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4267
<p>Sepsis Neonatal merupakan sindrom pada penyakit sistemik yang dapat diakibatkan infeksi aliran darah pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum adalah penyebab utama kematian neonates di negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs), dengan menanggung beban 99% dari kematian neonatal global. Seorang bayi laki-laki baru lahir pada tanggal 11 september 2023 lahir sectio caesarea (SC) lahir di RSUP Surakarta dengan berat lahir 2540gr. didapatkan keluhan utama muntah bewarna coklat. bayi baru lahir dengan jenis kelamin laki-laki lahir bb: 2540 gr, lk : 33 cm, ld : 30 cm dan lila : 10 cm. Bayi ditempatkan diinkubator setelah lahir, sebelumnya bayi sempat rawat gabung dengan ibunya dan dilatih untuk menyusuhi tapi ASI belum keluar. Kurang lebih 3 jam setelah lahir bayi mengalami muntah sebanyak 2 kali bewarna coklat dan rewel. Dilakukan pemasangan OGT untuk mengobservasi residu. Pengobatan empiris dengan antibiotik harus dimulai segera setelah dicurigai adanya sepsis. Regimen pengobatan untuk sepsis neonatal bervariasi berdasarkan faktor risiko dan kondisi.</p>Hamid Pramusyahid, Meitri Tsani Putri
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4267Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Tuberkulosis Paru Terkonfirmasi Bakteriologis dengan Lesi Luas pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4268
<p>Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia sudah tertular TB paru, yang mana sebagian besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-50 tahun). Indonesia merupakan negara dengan peringkat kedua setelah India dan disusul oleh Cina dengan peringkat ketiga dalam kasus TB paru. Tingginya kasus tuberkulosis paru ini dipengaruhi oleh sistem imunitas tubuh, seperti human immunodeficiency (HIV), gizi buruk dan diabetes melitus (DM). Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan akan melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penderitanya memiliki kemungkinan 3 kali lebih tinggi untuk menderita TB aktif. Mengingat tingginya prevalensi penyakit TB dan DM di indonesia, kami berkeinginan untuk membuat sebuah laporan kasus yang menjelaskan mengenai gambaran klinis dan respon pengobatan pasien TB pada DM tipe 2.</p>Ahmad Fajar Setiawan Djody, M Musdalifah
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4268Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Stroke Infark pada Wanita 65 Tahun
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4269
<p>Stroke telah menjadi penyebab kematian tertinggi pada tahun 2012 menurut WHO country risk profile, yaitu sebanyak 21%. Data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2019 menunjukkan stroke sebagai penyebab kematian utama di Indonesia (19,42% dari total kematian). Berdasarkan hasil Riskesdas prevalensi stroke di Indonesia meningkat 56% dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2013, menjadi 10,9 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Stroke adalah manifestasi klinis akut akibat disfungsi neurologis pada otak, medulla spinalis, dan retina baik sebagian atau menyeluruh yang menetap selama ≥24 jam atau menimbulkan kematian akibat gangguan pembuluh darah Kami melaporkan pasien di RSDS dr Sayidiman Magetan seorang Wanita 65 tahun dating dengan keluhan kejang sekitar 10 menit. Kejang seluruh tubuh dan pasien tidak sadar setelah kejang dan merasa anggota gerak bagian kanan lemas. Pasien memiliki Riwayat stroke tahun 2023 dengan kelemahan pada sebelha kiri. Dari pemerikasaan fisik neurologi didapatkan kekuatan kanan dan kiri pasien menurun, utuk ekstremitas kanan atas dan bawah 4+, dan untuk ekstremitas kiri 1 atas dan bawah, di temukan juga reflek fisiologi biceps dan triceps yang meningkat, tidak ditemukan refleks patologis. Untuk pemeriksaan CT Scan di dapatkan kesimpulan adanya infark akut di corona radiata kiri dan ensefalomalasia di lobus frontotempoparietal kanan dan korona radiata kanan. Pasien diidagnosis Reccurent Stroke dan diberikan tatalaksana stroke infark.</p>Ai Sita Nurain, Titian Rakhma
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4269Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700CT-Scan Sinus Paranasal pada Ny. Y Usia 43 Tahun dengan Polip Nasi Bilateral: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4270
<p>Polip nasi merupakan lesi jinak berupa massa yang lunak berwarna putih atau keabu abuan yang terdapat di dalam rongga hidung akibat adanya peradangan kronis pada selaput lendir hidung dan sinus paranasal. Prevalensi polip nasi bervariasi antara 1-4% dari populasi. Lebih sering terjadi pada lelaki dengan puncak insiden pada usia 40-60 tahun. Di Indonesia, angka kejadian belum diketahui dengan pasti. Diagnosis polip nasi ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala pasien sesuai dengan panduan European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) 2020. CT-Scan dengan sinar X berenergi tinggi (CT-Scan SPN) merupakan metode paling efektif untuk mendeteksi polip nasi. Hasil CT-Scan menunjukkan luasnya polip, variasi anatomi dan stadium polip nasi yang dievaluasi menggunakan sistem Lund-Mackay. Untuk itu pengetahuan mengenai teknik pemeriksaan CT Scan SPN sangat diperlukan untuk membantu dalam mendiagnosis suatu penyakit yang berhubungan dengan saluran pernapasan.</p>Aliffia Setyawibowo Putri, Abdul Azis
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4270Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laporan Kasus: Seorang Laki-Laki Usia 43 Tahun dengan Skizofrenia Paranoid
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4271
<p>Skizofrenia Paranoid adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya halusinasi dan waham yang harus menonjol. Halusinasi dapat berupa halusinasi visual, auditorik, pembauan, pengecapan rasa, bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh. Halusinasi dapat mengancam pasien dengan memberikan perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal. Waham dapat berupa hampir setiap jenis. Seorang laki-laki usia 43 tahun datang ke IGD RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta dengan linglung sejak sehari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan sering mendengar suara bisikan dari kakaknya yang sudah meninggal dan pasien dapat melihat orang-orang yang sudah meninggal. Pemeriksaan status mental didapatkan keadaan afektif mood pasien hipotimia, afek tumpul, keserasian tidak serasi, dan empati tidak dapat dirabarasakan. Gangguan persepsi didapatkan adanya halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Proses pikir didapatkan bentuk pikiran non realistik, isi pikir waham dikejar, waham kebesaran, waham bizzare, dan arus pikir asosiasi longgar. Pasien diberikan terapi berupa Chlorpromazine 1x100 mg dan risperidone 2x2 mg. Pasien direncanakan rawat inap dan rehabilitas sosial di rumah sakit.</p>Amelia Rizki Ningtiyas, Adriesti Herdaetha
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4271Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Anak Perempuan Usia 4 Tahun dengan Typhoid Fever
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4272
<p>Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistem pencernaan akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi atau Salmonella typhi. Demam tifoid sering ditemukan di negara-negara berkembang karena sanitasi yang kurang baik. Pada tahun 2000 demam tifoid tampaknya kurang umum atau kurang diketahui di Afrika dibandingkan dengan Asia, namun penelitian baru mengkonfirmasi bahwa kejadian demam tifoid tinggi di beberapa bagian Afrika. Perkiraan dari 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa 11,0–17,8 juta penyakit demam tifoid terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Gejala demam tifoid yang sering ditemukan adalah demam, nyeri perut, malaise dan konstipasi. Pemeriksaan kultur bakteri merupakan gold standard dalam penegakkan diagnosis demam tifoid, akan tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan. Terapi lini pertama demam tifoid adalah kloramfenikol. Namun seiring dengan meningkatnya bakteri yang resisten terhadap kloramfenikol, maka pilihan terapi utama dari demam tifoid adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga dan fluorokuinolon. Laporan kasus ini membahas tentang seorang anak perempuan berusia 4 tahun dengan demam tifoid. Dan diberikan terapi berupa infus D5 ½ Nacl 15 tpm, injeksi ceftriaxone 2x400mg, injeksi santagesik 3x1/3 amp, PO bioticel syr 3x1 cth.</p>Ananda Livanka Putra Niardhy, S Sudarmanto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4272Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Gambaran Radiologi Ultrasonografi pada Kelainan Plasenta
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4416
<p>Plasenta merupakan organ penghubung sementara yang melekat pada uterus dan berfungsi untuk penghubung ibu dan janin dan mengirim oksigen serta nutrisi dari ibu ke janin. Oleh karena itu, plasenta merupakan bagian penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Apabila terjadi kelainan pada plasenta maka dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin maupun gangguan proses persalinan. Kelainan pada plasenta dapat berupa gangguan fungsi plasenta, gangguan implantasi plasenta, maupun lepasnya plasenta sebelum waktunya. Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser dan menggunakan bunyi ultrasonik yang memiliki frekuensi lebih dari 20 kHz. USG (ultrasonografi) sangat populer digunakan untuk memantau kondisi janin, perkembangan kehamilan, persiapan persalinan, dan masalah-masalah lain. Pemeriksaan dengan ultrasonografi lebih aman dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan sinar-X (sinar Rontgen) karena gelombang ultrasonic yang digunakan tidak akan merusak material yang dilewatinya sedangkan sinar-X dapat mengionisasi sel-sel hidup. Pencitraan diagnostik dengan menggunakan USG dinyatakan aman bahkan untuk seorang ibu hamil sekalipun, karena ultrasound menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar manusia.</p>Aninta Rahmandari Balich, Rafika Surya Putra Pratama, Septi Rismala Ekayanti, Lissiani Candra
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4416Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laporan Kasus: Seorang Laki-Laki Berusia 72 Tahun dengan Xerosis Senilis
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4417
<p>Xerosis cutis adalah istilah medis untuk kulit kering. Istilah ini berasal dari kata Yunani "Xero" yang berarti kering. Kulit kering disebabkan oleh kurangnya kelembapan pada stratum korneum akibat penurunan kadar air. Kerusakan pada stratum korneum menyebabkan kadar air dibawah 10%. Divisi Geriatri Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta tahun 2008- 2013 melaporkan xerosis cutis dan pruritus termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Gejala kulit kering adalah gatal dengan lesi mulai dari eritema, skuama hingga berfisura yang predileksinya pada ekstensor tungkai bawah dan panggul. Perawatan kulit kering meliputi pemberian pelembab topikal, perubahan gaya hidup dan penyesuaian terhadap lingkungan. Modifikasi kebiasaan seperti durasi mandi yang singkat, penggunaan sabun yang tepat dan kelembaban lingkungan juga penting bagi perawatan kulit kering. Kami Melaporkan kasus laki-laki berusia 72 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin di RSUD dr Sayidiman Magetan dengan keluhan kulit terasa gatal sejak 1 tahun yang lalu, kulitnya terasa kering, bersisik, dan berwarna kehitaman pada daerah lengan, tungkai, kepala, leher, dan badan. Berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik,, diagnosis awal pada pasien adalah Xerosis Senilis. Kasus ini menekankan pada pentingnya diagnosis dan pengobatan optimal pada kasus Xerosis Senilis.</p>Aninta Rahmandari Balich, Eddy Tjiahyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4417Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Sifilis
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4418
<p>Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidum dan mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dalam perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali (rekuren), dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan kongenital. Selain ibu ke bayinya dan melalui hubungan seksual, sifilis juga ditularkan melalui luka, transfusi darah dan jarum suntik. Menurut statistik Centers for Disease Control and Prevention (CDC), terdapat 88.042 laporan diagnosis baru sifilis pada tahun 2016. Dari seluruh kasus sifilis, 27.814 adalah sifilis primer dan sekunder. Sifilis primer didiagnosis berdasarkan gejala klinis ditemukannya satu atau lebih chancre. Sifilis sekunder ditandai dengan ditemukannya lesi mukokutaneus yang terlokalisir atau difus dengan limfadenopati, serta masih dapat ditemukan chancre. Diagnosis sifilis laten berdasarkan tes serologis karena biasanya tidak ditemukan gejala klinis. Diagnosis sifilis tersier berdasarkan gejala klinis yang paling sering adalah ditemukan gumma. Terapi sifilis berdasarkan stadium infeksi dan keterlibatan sistem saraf pusat.</p>Aninta Rahmandari Balich, Eddy Tjiahyono, Rafika Surya Putra Pratama, Rizki Oktabiriya, Septi Rismala Ekayanti, Tasya Rasyidah
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4418Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Neonatus dengan Transient Tachypneu of The Newborn
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4419
<p>Pendahuluan : Transient Tachypnea of Newborn (TTN) adalah kondisi jinak dan sembuh sendiri yang dapat muncul pada bayi dengan usia kehamilan berapa pun, segera setelah lahir. Memengaruhi sekitar 10% bayi yang dilahirkan antara usia kehamilan 33 dan 34 minggu. Kondisi TTN muncul beberapa menit hingga beberapa jam setela lahir. Temuan klinis biasanya mencakup tanda-tanda gangguan pernapasan seperti takipneu, cuping hidung, grunting, retraksi interkostal/subkostal/suprasternal dan suara crackles pada auskultasi. Temuan lain yang dapat timbul seperti takikardia, sianosis dan dada berbentuk tong karena hiperinflasi dapat juga terjadi. Presentasi kasus : bayi laki-laki usia 0 hari dilahirkan secara seksia sesarea dengan berat badan lahir 2000 gram. Keaadaan umum lemah, terjadi retraksi segera setelah lahir, didapati napas cuping hidung, nadi 123x/permenit, frekuensi napas 67x/menit, Spo2 90% tanpa oksigen, total down score 2. Dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan hasil 88 dan pemeriksaan rongent thoraks didapati gambaran radiologi khas pada TTN. Diberikan terapi berupa injeksi ampicillin 50 mg/kgbb/12jam, injeksi gentamicin 10 mg/kgbb/24 jam, interlac 2x1/2 sach dan fototerapi.</p>Annanda Aditya Maharani, Rahma Anindita
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4419Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laporan Kasus: Skabies pada Bayi Usia 1 Bulan 19 Hari
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4420
<p>Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabies var, hominis dan produknya. Ditandai gatal malam hari, mengenai sekelompok orang dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat dan lembab. Laporan kasus ini melaporkan sebuah kasus seorang bayi berusia 1 bulan 19 hari dibawa ke Poliklinik RSUD Dr.Sayidiman Magetan dengan keluhan muncul bintil-bintil merah pada leher, ketiak, kedua tangan, perut, lipat paha dan kedua kaki sejak 1 bulan yang lalu. Pasien cenderung lebih rewel dan sering menangis pada malam hari. Status dermatologis lokasi pada Leher, ketiak, kedua tangan, perut, lipat paha, dan kedua kaki. Status dermatologis ujud kelainan kulit papul eritema multipel, milier, sirkumskrip. Skabies ditegakkan menjadi diagnosis kerja pada kasus ini. Selanjutnya pasien di edukasi mengenai penyakit dan diberikan terapi scabimite krem 1x/minggu (malam hari, aplikasi seluruh tubuh dan dibasuh setelah 4 jam).</p>Aprilia Fadhilah, Eddy Tjiahyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4420Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Bayi Laki-Laki Usia 1,5 Bulan dengan Kolestasis
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4421
<p>Kolestasis merupakan hambatan aliran empedu yang menyebabkan terganggunya sekresi berbagai substansi yang seharusnya dieksresikan dari empedu ke duodenum, sehingga bahan-bahan tersebut tertahan di dalam hepar dan menimbulkan kerusakan hepatosit. Penyebab kolestasis neonatal bermacam-macam seperti atresia bilier, sepsis, dan nfeksi saluran kemih. Perjalanan dari penyakit ini bergantung pada etiologi yang mendasarinya. Prognosis bergantung pada deteksi dini dan penyebabnya, semakin dini ditemukan dan dilakukan tatalaksana maka prognosisnya akan jauh lebih baik. Dilaporkan salah satu kasus Kolestasis pada seorang bayi laki-laki berusia 1,5 bulan di RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Diagnosis dari Kolestasis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 36,6°C, denyut nadi 115 kali/menit, frekuensi napas 25 kali/menit, serta SpO2 97% dengan nasal canul 3 lpm. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap pada pasien. Pasien dirawat di ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Pasien diberikan terapi berupa infus D5 1/4 10 tpm, injeksi cefotaxime 3x100mg, injeksi Vit. K 1x1, injeksi lasik 1mg, puyer (Urdofac 1/10, Zinc 1/5, seques 1/5) 3x1.</p>Arif Setiawan, S Sudarmanto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4421Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Anak Perempuan Usia 3 Tahun dengan Diare Cair Akut
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4422
<p>Diare adalah salah satu penyakit terbanyak pada anak usia kurang dari 5 tahun dan dapat menyebabkan kematian. Survei dari The World Health Organization (WHO) diare menduduki peringkat 7 dari 10 penyakit mematikan pada anak di dunia pada tahun 2010. Rotavirus adalah penyebab diare paling banyak dengan angka kejadian 40-60%. Sedangkan bakteri yang paling sering menyebabkan diare adalah Escherichia Coli. Seorang anak perempuan berusia 3 tahun bersama orang tuanya datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan badan panas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, disertai dengan mual, muntah setiap makan dan minum, dan lemas. Pasien didapatkan adanya tanda dehidrasi seperti mata cowong, serta nyeri perut di bagian bawah dan diare sebanyak 5x dalam sehari disertai dengan konsistensi lembek-cair dan buang air kecil berkurang. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien lemah, dengan GCS E4V5M6 compos mentis, akral hangat dan CRT < 2 detik dan turgor kulit menurun. Penatalaksanaan pada pasien ini dengan pemberian infus D5 ¼ NS , antibiotik cefotaxime, antimuntah ondansetron, H2 Bloker ranitidine, serta pemberian penurun panas paracetamol syrup dan zinc syrup. Ada kasus diare cair akut untuk dikenali tanda dehidrasi sehingga pasien dapat di rehidrasi segera. Outcome diare akut baik jika pasien terehidrasi.</p>Azarine Marwah Salsabila Ubaidah, Kautsar Prastudia Eko Binuko
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4422Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Perempuan 6 Tahun dengan Hordeolum Occular Dextra
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4423
<p>Hordeolum merupakan suatu infeksi supuratif (akut) yang umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Biasa mengenai kelenjar meibom, ziess dan moll. Dilaporkan kasus hordeolum os berusia 6 tahun dengan keluhan nyeri pada mata kiri dan memberat pada pagi hari. keluhan adanya benjolan pada kelopak mata sebelah kiri, benjolan dikatakan ibu pasien sudah ada sejak 1 minggu yang lalu, benjolan muncul secara tiba-tiba,benjolan terasa nyeri dan gatal serta adanya sensasi mengganjal.</p>Bram Wijaya, Rigan Ndaru Wicaksono, Umi Zahidah
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4423Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki Berusia 15 Tahun dengan Dermatitis Kontak Alergi dan Tinea Corporis
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4424
<p>Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah suatu proses peradangan kulit yang disebabkan oleh alergen. Tinea corporis adalah infeksi dermatofita superfisial pada kulit yang tidak berambut. Seorang laki-laki berusia 15 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Harjono Ponorogo dengan keluhan kemerahan yang disertai rasa gatal dan pengelupasan pada telapak kaki. Keluhan dirasakan petama kali sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan kambuh-kambuhan. Pasien rutin berobat ke poliklinik kulit dan kelamin sebelumnya. Pasien juga mengeluhkan gatal pada lengan dan bokong. Gatal dirasakan terus menerus dan bertambah gatal saat pasien berkeringat. Pada awalnya terdapat bercak merah bulat pada daerah tersebut dan terasa sangat gatal, namun semakin hari bercak kemerahan semakin melebar hingga warna berubah menjadi merah kehitaman. Pekerjaan pasien adalah peternak, pasien setiap hari mencari rumput untuk pakan ternak dan kadang tidak memakai alas kaki. Pasien kemudian didiagnosis Dermatitis Kontak Alergi dan Tinea Corporis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik regio plantar didapatkan adanya makula eritematosa batas tidak jelas dengan skuama, sedangkan pada ekstremitas didapatkan adanya makula hiperpigmentasi berbatas jelas dan didapatkan central healing disertai tepi aktif yang meninggi. Penatalaksanaan DKA dapat diberikan Kortikosteroid topikal dan antihistamin generasi kedua. Pada Tinea corporis dapat diberikan antifungi oral dan topikal serta diedukasi pentingnya menjaga kebersihan diri.</p>R. Annisa Wildani, Aris Cahyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4424Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Malaria Knowlesi pada Manusia
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4425
<p>Malaria adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius yang terus menyebabkan penyakit dan kematian. Plasmodium knowlesi merupakan parasit malaria yang ditemukan di alam pada kera ekor panjang dan ekor babi. Plasmodium knowlesi, yang awalnya diketahui menyebabkan malaria simian, kini diakui sebagai parasit malaria kelima pada manusia.Infeksi pengetahuan pada manusia telah dilaporkan di hampir semua negara di Asia Tenggara dan pada wisatawan yang kembali dari negara-negara tersebut.Kasus kumulatif malaria pengetahuan di wilayah Asia Tenggara pada tahun 2004 hingga 2015 adalah 3413 kasus dengan 91,47% diantaranya terdapat di Kalimantan Malaysia. Spektrum penyakit klinis akibat infeksi Plasmodium knowlesi berkisar dari infeksi tanpa gejala, hingga malaria berat dan kematian.Kematian akibat malaria Knowlesi telah terdokumentasi dengan baik, dan P. Knowlesi kini menjadi penyebab kematian terbanyak akibat malaria di Malaysia. Tujuan penulisan agar semua orang mengetahui bahwa terdapat jenis malaria lain yang tersebar di wilayah tertentu yang sama membahayakan dengan jenis lain dan segera mendapat terapi.</p>Dahlia Winda Nurarifah, Iin Novita Nurhidayati Mahmuda
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4425Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Tetanus pada Pasien Usia Lanjut di RS PKU Muhammadiyah Surakarta: Sebuah Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4426
<p>Tetanus merupakan suatu keadaan toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan Clostridium tetani. Neurotoksin ini akan menghambat pelepasan neurotransmiter di sistem saraf pusat, menyebabkan spasme otot. Sehingga gejala tetanus ditandai dengan adanya spasme otot yang periodik dan progresif. Tetanus diklasifikasikan berdasarkan lokasi menjadi empat jenis meliputi tetanus lokal, sefalik, generalisata (umum) dan neonatorum. Tetanus generalisata merupakan jenis yang paling sering ditemui di lapangan. Prevalensi tetanus tinggi di negara dengan sumber daya rendah, dengan mortalitas mencapai 20-45%. Diagnosis tetanus dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis, riwayat luka terbuka dan riwayat imunisasi. Staging dan prognosis tetanus dilihat berdasarkan kriteria Pattel Joag atau Klasifikasi Albleets. Laporan kasus ini menyampaikan seorang pria berusia 60 tahun dan 78 tahun yang dirawat di RS PKU Solo Provinsi Jawa Tengah dengan keluhan kaku pada seluruh tubuh. Perbedaan antara kedua kasus di mana pada kasus 1 terdapat fokus infeksi tetanus, grade 2 tetanus generalisata. Kasus 2 tidak terdapat focus infeksi, Riwayat imunisasi tidak diketahui, kejang general, suara tambahan paru, dan grade 3 tetanus.</p>Desty Triza Pratiwi, Iin Novita Nurhidayati Mahmuda
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4426Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Wanita Usia 72 Tahun dengan Cephalgia Sekunder et Causa Space Occupying Lession: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4427
<p>Cephalgia atau nyeri kepala merupakan perasaan ketidaknyamanan yang berlokasi di kepala termasuk daerah wajah, tengkuk maupun leher. Cephalgia sekunder seperti sakit kepala karena ada trauma otak yang terstruktur, sakit kepala dan penyakit yang berhubungan dengan kerusakan vaskuler seperti pecahnya pembuluh darah subaraknoid. Dilaporkan Seorang wanita usia 72 tahun diantar keluarganya ke IGD pada tanggal 2 Februari 2024 jam 17.00 dengan keluhan lemas dan pusing terus menerus di kepala sebelah kanan. Pusing yang hilang timbul dirasakan sudah sejak 10 tahun terakhir ini setelah pasien terjatuh dan biasanya membaik dengan obat warung. Namun 1 minggu ini pusing dirasakan memberat dan semakin sering. Reflek fisiologis pasien didapatkan normoreflek pada anggota gerak atas dan bawah. Dilakukan pemeriksaan reflek patologis pada pasien berupa hoffman dan tromner yang memberikan hasil positif pada jari kanan namun babinski bernilai negatif. Pada hasil CT-Scan menunjukkan terdapat kista subdural dan sinusitis maxillaris odontogenik bilateral. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini maka dapat ditegakkan diagnosis klinis yaitu Cephalgia sekunder.</p>Dinar Nanda Sabila, Erupsiana Fitri Indrihapsari, Arum Puspitawedana, Yasmindra Caroline Purdiatmaja, Fidhia Nur Rifaini, Imam Muchlis Sukhufam
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4427Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Hubungan Anak Pertama dan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Stres pada Dewasa Muda
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4428
<p>Stres merupakan usaha menyesuaikan diri terhadap stressor yang berasal dari luar maupun dalam. Kondisi ini disebabkan oleh adanya tuntutan lingkungan, fisik, dan sosial yang tidak dapat dikontrol. Urutan kelahiran pertama dapat menyebabkan stres karena orang tua memiliki harapan yang lebih besar terhadap anak pertama. Pola asuh yang kurang baik juga dapat menyebabkan stres pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara anak pertama dan pola asuh orang tua dengan tingkat stres pada dewasa muda. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan besar sampel 129 mahasiswa aktif angkatan 2022 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang sesuai dengan kriteria restriksi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square dan uji koefisien korelasi Eta untuk menilai kekuatan hubungan antar variabel. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anak pertama dengan tingkat stres (p = 1,000) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat stres (p = 0,016). Berdasarkan analisis koefisien korelasi Eta, didapatkan hubungan yang lemah antara pola asuh orang tua dengan tingkat stress (η = 0,253). Simpulan penelitian ini adalah pola asuh orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat stres pada dewasa muda dengan kekuatan yang lemah.</p>Fadhilah Nurluthfi Sari, Saidatul Fithriyah, Budi Hernawan, EM Sutrisna
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4428Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita 32 Tahun P2A0 dengan Tubo Ovarial Abses Dextra, Hepatitis B, Sepsis dan Ileus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4429
<p>Abses tubo-ovarium (TOA) merupakan komplikasi penyakit radang panggul (PID) yang tidak diobati. Sering terjadi pada wanita usia reproduksi dan hampir 60% wanita dengan TOA adalah nulipara. TOA didefinisikan sebagai massa inflamasi yang melibatkan tuba dan ovarium yang ditandai dengan adanya nanah. Penyebab TOA paling umum adalah infeksi saluran genitalia atas yang bernanah dan dapat dibuang langsung ke dalam rongga peritoneum menyebabkan PID awal dan berkembang menjadi bentuk TOA. Infeksi kadang dapat melibatkan organ yang berdekatan seperti usus dan kandung kemih. TOA mempunyai dampak yang tinggi morbiditas dan dapat mengancam nyawa. Ketika dikaitkan dengan sepsis sistemik berat, angka kematian dilaporkan sebesar setinggi 5–10%. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang ditemukan dengan peningkatan inflamasi dan temuan radiologi menunjukkan massa. Bedah dapat diindikasikan tetapi waktu yang optimal dan prosedur yang paling tepat masih belum jelas. Teknik bedah meliputi laparoskopi dengan operasi terbuka dan drainase abses dengan eksisi radikal. Potensi jangka panjang dari TOA meliputi infertilitas, peningkatan risiko kehamilan ektopik dan nyeri panggul kronis.</p>Fahrul Mahardian Amanu, Edy Susanto, Eka Putri Widya Arsia Riadi, Almas Hilwiana, Indraswarie Pramudyawardhani, Diyah Pangestu Wiranti, Marfuah Rizki Kurniawati, Merry Rendra Prastiwi, Muhammad Shafiq Ali Al Mousserji, Rina Hastuti
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4429Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Herpes Zoster pada Perempuan 65 Tahun: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4430
<p>Latar Belakang : Herpes zoster merupakan reaktivitas infeksi laten endogen virus varisela zoster di dalam neuron ganglion saraf autonomik yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama. Herpes zoster merupakan penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radiukar unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster lebih sering terjadi pada orang tua dibandingkan anak atau dewasa. Tujuan : Mengetahui manifestasi klinis, pengobatan, dan dampak infeksi virus varicella zoster pada wanita usia lanjut. Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi kasus seorang pasien perempuan di poliklinik RSUD Ir.Soekarno Sukoharjo dengan instrumen informed consent dan rekam medis. Hasil : Ny. N, usia 65 tahun, datang dengan keluhan plenting berarir kemerahan dari leher sampai dada kanan sejak satu minggu yang lalu. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien mendapatkan diagnosis herpes zoster thorakalis dextra setinggi C(3-6) T(1-5) dengan komorbid hipertensi serta mendapatkan terapi asiklovir 5x800mg/hari, cetirizine 1x 10 mg, gabapentin 2x300 mg, salicylic 2% bedak, serta amlodipin 1x5mg. Kesimpulan : Pasien melakukan rawat jalan dengan bekal edukasi terkait penyakitnya akan tetapi pasien berhenti berobat setelah 8 hari perawatan. Ketidakmajuan kondisi pasien dan ketidakefektivan pengobatan diduga karena faktor usia pasien.</p>Fajri Khoirul Annam, Eko Rini Rahayu, Aulia Nissa Rizky Hariyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4430Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Anak 3 Tahun dengan Skabies
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4431
<p>Skabies merupakan infestasi tungau Sarcoptes scaibei var.hominis yang sepanjang siklus hidupnya di dalam epidermis. Seorang anak laki-laki An. M datang diantar ibunya dengan keluhan berupa bintil-bintil merah pada beberapa bagian tubuh sejak 14 yang lalu serta terdapat keluhan gatal pada beberapa bagian tubuh terutama malam hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran komposmentis. Status generalisata dalam batas normal. Status dermatologis pada regio brachii sinistra didapatkan efloresensi berupa papul eritema, skuama, dan ekskoriasi multiple. Status dermatologis pada regio antebrachia dextra et sinistra dan axilla dextra didapatkan efloresensi papul eritema, skuama, erosi, dan ekskoriasi multiple. Status dermatologis femur dextra didapatkan efloresensi papul eritema, skuama, dan erosi. Status dermatologis abdomen didapatkan efloresensi berupa papul eritema, dan ekskoriasi multiple. Terapi farmakologis yang diberikan yaitu Asam Fusidat 2 kali sehari dioleskan pada pagi dan malam hari, Cefadroxil syrup 2x1/2 cth di konsumsi pada pagi dan malam hari, Cetirizine syrup 1x1/2 cth di konsumsi jika gatal, dan Permethrin 5% cream di oleskan pada kulit seminggu satu kali di malam hari. Pasien diberikan edukasi berupa perawatan kulit yang baik.</p>Fathya Nurohmah Choirunnisa, Eddy Tjiahyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4431Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita 34 Tahun dengan Skizofrenia Paranoid
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4432
<p>Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang bersifat kronis ditandai dengan penurunan dan kerusakan kognitif sehingga pasien mengalami gangguan memori, perhatian dan kepribadian. Berdasarkan data WHO prevalensi rata-rata skizofrenia di Indonesia mencapai 2 per mil dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 2,6 per mil. Seorang wanita berusia 34 tahun dibawa ke IGD RSJD dr. Arif Zainudin dengan keluhan menceburkan diri ke dalam sumur, pasien mengatakan terdapat bisikan yang memberikan perintah dan mengatakan keburukan pasien serta pasien mengatakan sering melihat orang yang sudah meninggal. Keluhan tersebut dialami pasien sejak enam tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal dan tidak terdapat tanda-tanda defisit neurologis. Status psikiatri didapatkan mood disforik, afek sempit, keserasian tidak serasi, terdapat halusinasi auditori dan visual, isi pikir berupa waham kejar, bentuk pikiran non realistik dan didapatkan tilikan derajat tiga. Pasien didiagnosis skizofrenia sejak tahun 2017 dan pernah dirawat inap sebanyak tiga kali. Selama ini pasien rutin kontrol dan mengkonsumsi obat berupa olanzapine, haloperidol dan trihexyphenidyl.</p>Febri Rizki Diantari, Meiningsih Kusumawati
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4432Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Uretrolithiasis pada Pria Berusia 51 Tahun dengan Retensi Urin
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4433
<p>Latar belakang: kasus retensi urin akut sangat sering dijumpai di Unit Gawat Darurat (UGD). Penyebabnya antara lain adalah pembesaran prostat jinak (Benign prostat hypertrophy/BPH), Striktur uretra dan batu uretra. Insiden batu uretra dilaporkan 7 per 100.000 orang, yang didominasi oleh laki-laki. Laporan Kasus: Seorang pria berusia 51 tahun mengalami keluhan miksi yang menetes sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluhkan nyeri saat buang air kecil. Selain itu pasien juga mengeluh adanya benjolan pada daerah penis. Status urologi pada genitalia eksterna didapatkan batu yang nampak di (Meatus uretra eksterna/MUE), nyeri tekan (+) dan teraba keras didaerah MUE. Hasil foto polos abdomen dan pelvis tampak bayangan radioopaqe yang terproyeksi di uretra anterior. Tatalaksana: Dilakukan dorsal meatotomi dengan anestesi lokal. Di dapatkan batu ukuran 2x1 cm, kemudian luka di jahit untuk kontrol perdarahan. Pasca operasi di berikan obat minum antibiotik dan antiyeri Kesimpulan: Retensi urine akut merupakan kedaruratan urologi yang harus segera ditangani sesuai dengan penyebabnya. Tindakan dorsal meatotomi pada kasus retensi urine akut akibat batu uretra bisa dilakukan dengan anestesi lokal.</p>Fena Auliany, Riza Mazidu Sholihin
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4433Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki 40 Tahun dengan Penyakit Jantung Rematik disertai Mitral Stenosis dan Atrial Fibrilasi
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4434
<p>Seorang Laki-Laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik jantung RSUD Dr Harjono S Ponorogo pada tanggal 7 November 2022 dengan keluhan utama jantung berdebar dan mudah terasa lelah ketika beraktivitas. Pasien merasa mudah lelah ketika beraktivitas seperti berjalan atau menaiki tangga sudah sejak lama namun memburuk 1 bulan terakhir. Pasien juga merasa dada sering terasa berdebar-debar dalam 1 bulan terakhir. Keluhan lain yang dirasakan sesak napas yang hilang timbul 1 bulan terakhir disertai dengan nyeri dada kiri yang muncul saat kelelahan. Pasien didiagnosis penyakit jantung rematik dengan mitral stenosis berat. Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam rematik akut sebelumnya. Penyakit jantung rematik menimbulkan kelainan katup berupa stenosis atau regurgitasi.</p>Anna Budiarti, Fiki Susanti, Ravi Assaro Al Adib Putra
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4434Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki Usia 18 Tahun dengan Cedera Kepala Ringan dan Multiple Fraktur
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4435
<p>Cedera kepala adalah (trauma kapitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung maupun tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis. Cedera kepala merupakan suatu proses terjadinya cedera langsung maupun deselerasi terhadap kepala yang dapat menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Cedera kepala yang dialami pada kasus ini disertai dengan adanya kehilangan kesadaran sesaat setelah kecelakaan lalu lintas sebanyak satu kali dan mengeluh pusing yang terasa menekan, namun pasien tidak mengalami keluhan mual dan muntah, sedangkan keluhan lain yang dialami oleh pasien berupa fraktur pada pergelangan tangan dan kaki kanan keluhan pusing berputar yang dilami oleh pasien dipicu dengan posisi duduk. Pada kasus ini terdapat gejala penurunan kesadaran setelah kecelakaan terjadi yang dimana gejala penurunan kesadaran biasanaya ditemukan pada kasus perdarahan subdural dan pasien mendapatkan terapi berupa pemberian manitol 20% selama 24 jam, serta mendapatkan paracetamol dan injeksi methlyprednisolone sebanyak 62,5 mg/12 jam. observasi yang dilakukan selama 6 hari hingga pasien pulang, keluhan pusing berputar sudah membaik dan keluhan yang menyerati berupa nyeri pada pergelangan tangan kanan, kepala dan kaki kanan sduah membaik diamana nyeri yang diarakan pasien sudah berkurang walaupun pada hari le-4 dirawat pasien sempat mengeluhkan nyeri dengan index VAS 7 pada pergelangan tangan dan disertai demam yang membaik di hari ke-5.</p>Geofany Hargi Findawan, Yudi Eko Prasetiyo
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4435Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Perempuan 66 Tahun dengan Atrial Fibrilasi
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4436
<p>Atrial fibrilasi atau fibrilasi atrium merupakan aritmia jantung yang memiliki karakteristik RR interval yang ireguler dan tidak repetitif pada pemeriksaan EKG, tidak terdapat gelombang P yang jelas, dan siklus atrial bervariasi dengan kecepatan >300 kali per menit (<200ms). Atrial fibrilasi sebenarnya bukan keadaan yang mengancam jiwa secara langsung, tetapi atrial fibrilasi berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas pasien terutama pada penyakit stoke. Stroke yang terjadi pada seseorang yang menderita atrial fibrilasi memiliki risiko lima kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa atrial fibrilasi. Selain itu, stroke akibat atrial fibrilasi memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk kekambuhan menjadi stroke kembali hingga berakibat kematian. Dasar diagnosis dari atrial fibrilasi berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana atrial fibrilasi dengan cara pemberian obat antitrombotik yang berguna untuk mencegah terjadinya stroke, serta obat lain yang berfungsi untuk pengendalian laju dan irama. Kami melaporkan kasus seorang perempuan berusia 66 tahun dengan atrial fibrilasi.</p>Hafish Harfian Rajendra, Nanda Nurkusumasari
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4436Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Anak Perempuan Usia 4 Tahun dengan Benjolan pada Leher Kanan
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4437
<p>Limfadenopati cervicalis didefinisikan sebagai pembesaran nodus limfatikus cervicalis dengan diameter lebih dari 1 cm. Ketika limfadenopati disertai dengan nyeri, seringkali disebut sebagai limfadenitis. Jumlah insidensi limfadenitis cervical pada anak tidak dapat dipastikan karena banyaknya anak yang mengalami limfadenitis transient akibat infeksi saluran pernapasan atas tanpa ditangani medis secara langsung. Laporan kasus seorang anak perempuan usia 4 tahun datang bersama ibunya dengan keluhan nyeri pada leher kanan. Berdasarkan alloanamnesis dengan ibu pasien, didapatkan nyeri terasa terus menerus sejak 6 hari yang lalu dan disertai demam selama 2 hari. Pada pemeriksaan fisik leher teraba pembesaran kelenjar getah bening cervicalis superficialis dextra, ukuran 1,5x1 cm, konsistensi padat, tidak terfiksasi, dan terdapat nyeri tekan. Diagnosis awal medis yaitu Limfadenitis Cervicalis Dextra. Limfadenitis bakterial akibat infeksi Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus adalah penyebab yang paling sering ditemukan secara global, dengan karakteristik terletak unilateral, nyeri, tidak terfiksasi, dan kulit eritematosa.</p>Hana Fadhilla, S Sudarmanto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4437Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Perempuan 47 Tahun dengan Efusi Pleura Sinistra ec Pneumonia
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4438
<p>Efusi pleura adalah adanya akumulasi cairan patologis di ruang pleura. Gejala klinis berupa sesak napas, batuk, dan kadang - kadang nyeri dada yang tajam namun tidak menjalar. Dilaporkan kasus seorang perempuam dengan sesak nafas, Sesak dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan memberat saat beraktivitas seperti berjalan jauh, dan mengangkat barang berat, keluhan membaik dengan istirahat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penegembangan dada kanan dan kiri simetris, fremitus kiri menurun dibanding dada kanan, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dada kiri redup dan kanan sonor, pada auskultasi, Suara Dasar Vesikuler kiri menurun, tidak didapatkan wheezing. Gambaran radiologi menunjukkan adanya corakan vaskuler yang kasar, basal kiri suram, diafragma dan sinus kiri suram, dan Sinus costophrenicus sinistra tumpul. Tujuan utama pengobatan untuk menghilangkan cairan, mencegah cairan dari reakumulasi, mengobati penyebab dari penumpukan cairan. Edukasi dan tatalaksana sesuai pedoman adalah kunci keberhasilan manajemen penyakit.</p>H Hapif, Novita Eva Sawitri
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4438Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Wanita Usia 60 Tahun dengan Hemiparese Sinistra et Causa Stroke Non Hemoragik
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4439
<p>Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Stroke memiliki angka kematian dan kecacatan yang tinggi. Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya di Indonesia. Sekitar 85% dari semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik/infark. Tujuan dari penulisan laporan ini untuk mengetahui lebih lanjut pada pasien stroke non hemoragik. Pada kasus ini seorang wanita berumur 60 tahun dengan keluhan lemas di seluruh tubuh, terutama pada ekstremitas kanan sejak 5 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh berbicara pelo atau sulit diajak bicara pada jam 1300 siang, pasien mengeluhkan kaku pada tangan seperti kram sudah lama. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus namun tidak terkontrol. Hasil pemeriksaan fisik yaitu kesadaran compos mentis, Glasgow Coma Scale (GCS) E4V4M5, tekanan darah 179/91 mmHg dan GDS 173. Pemeriksaan Computed Tomography (CT) Scan kepala kesan infark di lobus fronto temporo parietalis sinistra. Diagnosis klinis hemiparese ekstremitas sinistra.</p>Inggrit Thalasavia Utami, Iman Budiarto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4439Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Kajian Strategi Promosi Kesehatan Ottawa Charter sebagai Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sukoharjo
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4440
<p>Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu wilayah dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mencapai Angka Kematian 1,6 dan Insiden Rate (IR) mencapai 48,2/100.000 penduduk melebihi target nasional. Terdapat 440 kasus dan 7 orang meninggal akibat DBD di Kabupaten Sukoharjo. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Tujuan: mengkaji strategi promosi kesehatan sebagai upaya penanggulangan kasus DBD yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo berdasarkan strategi Ottawa Charter. Metode: observasi, studi dokumen dan kajian literatur. Hasil: Health Public Policy: peraturan mengenai kesiapsiagaan kasus DBD yaitu Surat Edaran Bupati; Supportive Environment: membentuk Kader Jumantik Cilik pada setiap Sekolah, melakukan siaran keliling yang dilakukan oleh Puskesmas untuk menghimbau masyarakat dalam melakukan PSN melalui G1R1J, refreshing pengetahuan terkait pengendalian DBD pada pertemuan lintas sektor tingkat desa bersama puskesmas; Reorient Health Service: menunjuk lima orang kader pada setiap desa/kelurahan PSN, pemberdayaan masyarakat dalam hal pengendalian vektor di desa seperti penggunaan teknologi tepat guna dan abatisasi; Personal Skill: memberikan pembinaan dan pelatihan tentang Jumantik PSN anak sekolah kepada guru-guru di sekolah, refreshing pengetahuan kader terkait pengendalian DBD pada pertemuan lintas sektor tingkat desa; Community Action: melakukan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) oleh Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan bersama Tim P2PM, siaran keliling yang dilakukan oleh setiap puskesmas se-kabupaten Sukoharjo untuk menggerakan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan melakukan PSN melalui G1R1J serta melakukan upaya 3M. Kesimpulan : Strategi upaya penanggulangan kasus DBD di Kabupaten Sukoharjo sudah mencangkup berdasarkan lima Strategi Promosi Kesehatan Ottawa Charter, akan tetapi perlu pengoptimalan pada setiap strategi untuk bekerjasama pada lintas sektor.</p>Tausyiah Rohmah Noviyanti, Ira Nurmala, M Muthmainnah, Lutfi Agus Salim, Asma Nadia
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4440Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Tinea Kruris pada Laki-Laki Usia 55 Tahun
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4441
<p>Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh jamur dermatofita, Tinea kruris merupakan infeksi jamur dermatofita pada daerah kulit lipat paha, daerah pubis, perineum dan perianal. Seorang Laki-laki Tn. L usia 55 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr. Sayidiman Magetan dengan keluhan utama gatal serta panas pada kedua paha dan pantat sehingga mengganggu aktivitas pasien. Keluhan gatal dan bercak kemerahan yang awalnya pada pantat sejak 1 bulan yang lalu. Kemudian, semakin lama semakin meluas hingga pada bagian kedua paha, lipat paha, punggung bawah, telapak kaki. Keluhan gatal dirasakan terutama saat pasien berkeringat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis. Status generalisata dalam batas normal. Status dermatologis pada kedua paha, lipat paha, punggung bawah, telapak kaki didapatkan efloresensi berupa makula eritem, bulat, hiperpigmentosa, tepi tegas, aktif meninggi, central healing. Terapi farmakologis yang diberikan yaitu Ketokonazole 1 x 200 mg, Loratadine 1 x 10 mg dan Ketokonazole krem diaplikasikan pada lesi 2 kali sehari diberikan selama 7-10 hari. Pasien diberikan edukasi mengenai perawatan kulit yang baik.</p>Ivanka Anzalna Rahman, Eddy Tjiahyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4441Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Perempuan Usia 35 Tahun dengan Skizofrenia Paranoid
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4442
<p>Skizofrenia paranoid dapat ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ III yaitu dengan memenuhi kriteria skizofrenia ditambah dengan gejala-gejala paranoid. Kasus ini, pasien perempuan 35 tahun, diantar suaminya dengan keluhan marah-marah dan tidak bisa tidur. Pasien sering marah-marah karena sering mendengar bisikan yang menjelek-jelekkan pasien dan menyuruh pasien. Pasien berkata bahwa suaminya kesal padanya dan berselingkuh dengan perempuan lain. Status Psikiatri didapatkan perilaku psikomotor normoaktif, dalam pembicaraan pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa cukup baik, volume cukup, intonasi cukup, serta artikulasi kurang jelas. Mood hipertimia, afek meningkat, keserasian serasi, empati tidak dapat dirabarasakan, halusinasi auditori tipe commenting dan commanding, ilusi olfaktori, depersonalisasi dan derealisasi, bentuk pikir nonrealistik, waham rujukan, waham curgia, waham kecemburuan, arus pikir sirkumstansial, orientasi, daya ingat baik, kemampuan abstrak terganggu, visuospasial baik, daya konsentrasi baik, dapat mengendalikan impuls, daya nilai terganggu, tilikan derajat 1, taraf kepercayaan dapat dipercaya. Diagnosis disesuaikan dengan PPDGJ III dan ditegakkan skizofrenia paranoid. Rencana terapi berupa chlorpromazine 3x25 mg PO ditambah dengan psikoedukasi, intervensi keluarga, CBT, dan rehabilitasi.</p>Izzah Tsaqoofah Jati, Reza Khairunnisa, Idoviari Putriyantiwi, Eurolia Naba Mutiarasari, Adriesthi Herdaetha
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4442Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki Usia 57 Tahun dengan Efusi Pleura Sinistra disertai Bronkopneumonia
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4443
<p>Banyak faktor penyakit paru dan pernafasan terus meningkat dan mempunyai aspek kesehatan masyarakat yang luas. Laporan kasus ini akan membahas seorang laki laki 57 tahun dengan penyakit paru efusi pleura dan bronkopneumonia. Pasien Bp. T usia 57 tahun datang ke poli paru RSUD Karanganyar pada tanggal 04 september 2023 dengan keluhan kontrol rutin disertai sesak, pusing, dan berjalan ngos-ngosan. Hasil pemeriksaan cairan pleura teridentifikasi menunjukkan sel-sel radang tersebar yang berupa limfosit dan leukosit PMN dan pada pemeriksaan foto thorax terdapat kesan cor tidak membesar, gambaran bronkopneumonia, efusi pleura kanan kiri. Pasien dirawat inap di RSUD Karanganyar untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.</p>Laisa Khotik, M Musdalifah
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4443Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Apendisitis Kronis dan Hernia Inguinalis Lateralis Reponibel Dextra dengan Simpel Apendektomi dan Hernia Repair: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4444
<p>Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis yang terjadi karena obstruksi lumen yang disebabkan oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, parasit dan tumor. Kasus ini menjelaskan seorang pasien laki-laki 49 tahun dengan nyeri perut kanan bawah dan area bawah pusar yang dirasakan semakin memberat saat aktivitas dan diperingan dengan posisi tungkai atas ditekuk. Pasien juga mengeluhkan adanya mual dan muntah. Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan di lipatan paha kanan yang muncul saat pasien melakukan aktivitas berat dan seringkali benjolan berpindah di skrotum. Benjolan bisa menghilang jika pasien memasukkannya kembali dengan jari. Benjolan muncul sejak 10 tahun SMRS, pasien tidak merasakan adanya nyeri. Pada pemeriksaan lokalis didapatkan tampak benjolan berbentuk memanjang di regio inguinalis dextra, warna sama dengan kulit sekitar, saat pasien batuk dan mengejan benjolan tampak berpindah ke skrotum dan pada Palpasi terdapat benjolan yang bisa di reposisi. Pada pemeriksaan penunjang USG didapatkan kesan apendisitis kronis. Pasien ini didiagnosis Apendisitis Kronis Dan Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponibel dan dilakukan tindakan Apendektomi Dan Hernia Repair.</p>Lian Adhalia, Budi Yuwono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4444Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laki-Laki 44 Tahun dengan Vulnus Perforatum Regio Antebrakial Dekstra et Causa Korpal Kayu
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4445
<p>Vulnus atau luka merupakan cedera yang merusak kulit atau jaringan tubuh berupa goresan, gesekan, dan tusukan. Penyebab kejadian vulnus antara lain trauma tumpul, trauma tajam, paparan suhu, paparan listrik, sambaran petir, paparan zat asam atau basa, elektromagnetik, dan invasi binatang seperti ular, anjing, kalajengking, tawon, dan lebah. Luka yang tergolong ringan seperti sayatan dan goresan biasanya tidak memerlukan penanganan medis. Sedangkan luka yang memungkinkan terjadinya infeksi perlu untuk ditangani segera agar tidak terjadi komplikasi. Pada kasus ini dilaporkan adanya pasien Tn. A dengan keluhan nyeri pada lengan tangan kanan karena adanya luka tembus oleh kayu yang tertancap. Pasien kemudian diprogramkan untuk operasi eksplorasi, repair musculus, dan repair vulnus.</p>Maharotullaili Nur Azizah, Arif Budi Satria
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4445Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Perempuan Berusia 35 Tahun dengan Dermatitis Numularis: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4446
<p>Dermatitis numularis adalah dermatitis yang bentuknya menyerupai uang logam dan biasanya menyerang daerah ekstremitas. Penyebabnya tidak diketahui. Staphylococcus dan micrococcus diduga ikut berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda klinis infeksi tidak tampak. Mungkin juga terjadi melalui mekanisme hipersensitivitas. Pasien seorang Wanita usia 35 tahun datang ke Poli Klinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo dengan keluhan gatal pada punggung kaki kanan. Keluhan muncul sejak 2 minggu yang lalu. Awal muncul plenting–plenting berisi cairan dan pecah kemudian disusul bagian kulit mengalami kemerahan. Pada pemeriksaan fisik status dermatologik makula eritematosa berbatas tegas ukuran numular dengan permukaan berupa squama tebal berwarna putih dan krusta berwarna kecoklatan. Pasien didiagnosis menderita dermatitis numularis. Tatalaksana pada pasien ini berupa nonmedikamentosa dan medikamentosa berupa sistemik dan topikal. Pada pasien ini diberikan obat Cefat 500mg dua kali sehari, exaflam dua kali sehari, Genolon cream dioleskan tiga kali sehari pada lesi, dan obat racikan berisi sanexon 1 tab, cetirizine ½ tab diberikan 2 kali sehari pada 3 hari pertama, 1 kali sehari untuk 3 hari selanjutnya.</p>Martdwitanti Ajeng Kumalaningtyas, Retna Ika Suryaningrum
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4446Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki Usia 35 Tahun dengan Morbus Hansen dan Reaksi Eritema Nodosum Leprosum (ENL)
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4447
<p>Latar belakang : Morbus Hansen atau Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae. Kuman M. Leprae masuk ke dalam tubuh seseorang dapat timbul gejala klinis sesuai dengan kerentanan pasien. Reaksi kusta merupakan penyebab signifikan morbiditas pada populasi penderita kusta. Eritema Nodosum Leprosum (ENL) merupakan komplikasi imunologi yang menyerang sekitar 50% pasien kusta lepromatosa (LL) dan 10% kusta borderline lepromatous (BL). Studi Kasus : Seorang laki-laki usia 35 tahun mengeluhkan gatal pada area UKK. Pasien pertama kali datang ke Poliklinik Kulit RSUD Karanganyar terdiagnosis Morbus Hansen dengan keluhan pertama muncul papul eritema kecoklatan diseluruh wajah dan tubuh. Hasil pemeriksaan fisik semua normal kecuali status dermatologis pasien terdapat macula eritema kecoklatan multiple pada wajah dan tubuh serta nodul eritema multiple di punggung dengan lesi >5 pada seluruh permukaan wajah, leher, dada, punggung, tangan dan kaki. Hasil pemeriksaan saraf tidak terdapat anestesia dan pemeriksaan laboratorium Hansen BTA Kulit dinyatakan positif. Pasien terdiagnosa Morbus Hansen dengan reaksi Eritema Nodosum Leprosum (ENL). Kesimpulan : Diagnosa pasien yaitu Morbus Hansen tipe multibasilar (MB) dengan reaksi Eritema Nodosum Leprosum (ENL).</p>Maulina Yulianti, Milany Harirahmawati, Narendra Putra Adi Pamungkas, Lorenza Eka Damayanti, Hengki Setyawan, Aisyawa Sabrina Aliyah Sanyoto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4447Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Anak Perempuan Usia 11 Tahun dengan Dengue Shock Syndrome
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4448
<p>Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan keadaan darurat medik dengan angka kematian cukup tinggi, DSS berawal dari Demam Berdarah Dengue (DBD) yang kemudian mengalami syok. DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 dan disebarkan melalui nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Pada suhu yang panas dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk tersebut akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Dilaporkan salah satu kasus DSS pada seorang anak Perempuan berusia sebelas tahun di RSUD DR. Harjono. Diagnosis dari DSS ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu 37,1°C, denyut nadi 135 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, tekanan darah 80/50 mmHg, serta SpO2 99% dengan NC 3 lpm. Dilakukan pemeriksaan darah rutin pada pasien setiap hari. Pasien dirawat di ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Pasien diberikan terapi cairan berupa infus Ringer Laktat dan dilakukan monitoring cairan serta pemberian obat-obatan simptomatik.</p>Melita Febry Vianti, S Sudarmanto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4448Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Anak Laki-Laki 7 Tahun dengan Keluhan Sulit Buang Air Kecil
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4449
<p>Retensi urin pada anak adalah entitas yang langka dengan hanya sedikit literatur tentang etiologinya. Balanoposthitis adalah peradangan yang mempengaruhi glans penis dan preputium. Prevalensi pada laki-laki dari segala usia adalah antara 12% sampai 20%. Balanoposthitis menimbulkan manifestasi nyeri dan iritasi pada preputium dan glans penis, tenderness, edema, gatal, area kulit mengkilap, kotoran berbau busuk (smegma) di bawah preputium, nyeri saat buang air kecil atau ejakulasi, perubahan warna (merah, ungu atau sedikit lebih gelap dari warna kulit biasanya) yang mungkin terlihat seperti ruam, luka atau lesi di kepala penis. Pada kasus ini, anak laki-laki berumur 7 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sulit buang air kecil disertai nyeri saat hendak berkemih, nyeri hilang timbul. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Pasien belum pernah disunat. Pemeriksaan fisik pada genetalia eksterna didapatkan edema, eritem, nyeri tekan. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, keluhan pasien ini mengarah kepada balanoposthitis. Penatalaksanaan kasus ini diberikan medikamentosa.</p>Mellisa Kusuma, Riza Mazidu Sholihin
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4449Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki 44 Tahun dengan Othematoma (Hematoma Aurikula): Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4450
<p>Hematoma aurikula merupakan keadaan terkumpulnya darah pada ruang antara perikondrium dan kartilago telinga. Hematoma aurikula umumnya terjadi akibat trauma tumpul yang berhubungan dengan olahraga kontak, kecelakaan, atau kekerasan. Pasien dengan hematoma aurikula biasanya datang ke fasilitas kesehatan dengan gejala pembengkakan pada telinga yang terkadang bisa disertai nyeri berdenyut ringan sampai sedang. Dalam kasus ini dilaporkan pasien datang ke Poli THT RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo dengan keluhan terdapat pembesaran pada daun telinga sebelah kiri sejak 3 minggu. Pasien mengaku jika pada daun telinga kiri tersebut terasa nyeri, panas dan mengganjal. Pasien dilakukan pemeriksaan THT-KL, didapatkan bentuk aurikula sinistra yang abnormal dan didapatkan adanya edema. Temuan pemeriksaan fisik pada hematoma aurikular meliputi: ketidakteraturan kontur telinga, pembengkakan dan area berfluktuasi di atas bagian tulang rawan telinga. Hematoma umumnya ditemukan antara heliks dan antiheliks, dapat menyebar pada fossa antiheliks. Penatalaksanaan hematoma aurikula meliputi insisi drainage dengan tekan bebat dengan teknik bolster. Hematoma aurikula dapat sembuh dengan baik dan jarang menimbulkan gejala sisa apabila terapi dilakukan adekuat dan segera.</p>Mila Cahya Utami, Serafika Permoni Putri Manyakori, Muhammad Izaz Imtiyaz Yumna
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4450Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laporan Kasus: Gambaran CT Scan pada Laki-Laki Usia 30 Tahun Post KLL dengan Epidural Hemoragik
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4451
<p>Epidural hemoragik (EDH) adalah perdarahan yang terjadi pada ruang epidural, biasanya terjadi pada fossa kranii media karena adanya laserasi arteri meningea media, walaupun bisa juga terjadi pada fossa anterior ataupun posterior. Laki-laki usia 30 tahun ditemukan polisi tergeletak dijalan dan tanpa ada yang mengetahui kronologi kejadian. Pasien sulit diajak komunikasi dan tampak bingung. GCS E3V4M6 somnolen, pasien tampak lemah, suhu 36°C, tekanan darah 115/92 mmHg, HR 63x/menit, saturasi oksigen 98%, dan RR 20x/menit. Pemeriksaan CT Scan Kepala didapatkan gambaran tampak lesi hiperdens 73 HU bentuk lentikuler diregio frontal dekstra, kesimpulan Epidural hemoragik volume 1.5 cc regio frontal dekstra. Pasien selanjutnya diputuskan untuk dirawat dan observasi dengan terapi Infus NaCl 0,9% 16 tpm, injeksi ceftriakson 3x1g, dan infus paracetamol 2 x 1000mg.</p>Muhammad Iqbal Ilyasa, Citra Dewi Savitri, Lissiani Candra
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4451Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Anak Laki-Laki Usia 17 Tahun dengan Thalasemia Mayor
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4452
<p>Seorang Anak Laki-Laki berusia 17 tahun datang ke IGD RSUD dr.Harjono S Ponorogo pada tanggal 8 September 2023 dengan keluhan utama badan lemas sejak 1 hari yang lalu. Dari Alloanamnesis pasien tampak pucat, mudah letih dan kurang aktif. Badan pasien lemas terus menerus disertai mual dan muntah sebanyak 2 kali berisi makanan dan darah. Keluhan lain pasien BAB kehitaman sebanyak 4x. Perut pasien membuncit dan pertumbuhan tidak sesuai dengan usianya. Pasien selalu rawat inap setiap 3 minggu sekali untuk rutin transfusi darah 3 kolf. Pasien didiagnosis Thalassemia mayor. Thalasemia adalah penyakit kelainan genetik heterogen yang diakibatkan oleh penurunan sintesis rantai alfa atau betahemoglobin. Tubuh tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari. Thalasemia diturunkan dari orang tua kepada anaknya melalui gen. Kasus thalasemia makin meningkat dari tahun ke tahun, maka diperlukan upaya pencegahan yang dapat dimulai dengan skrining pada individu-individu yang memiliki sifat pembawa thalasemia.</p>Kautsar Prastudia Eko Binuko, Mutiara Azzahra
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4452Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita 65 Tahun dengan Fahr Disease
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4453
<p>Latar belakang:Fahr Disease merupakan kelainan neurogeneratif yang sangat langka yang dikarakteristikkan dengan adanya deposit kalsium abnormal bilateral idiopatik di ganglia basalis yang ditandai dengan perubahan metabolik, biokimia, neuroradiologis, dan neuropsikiatri. Kasus:seorang perempuan usia 65 tahun datang ke IGD RSUD dr. Sayidiman Magetan pada tanggal 29 Agustus 2023 dengan keluhan tangan dan kaki kanan pasien lemas dan kesemutan disertai dengan serangan kontraksi otot klonik umum secara tiba-tiba. Riwayat kesehatannya menunjukkan adanya gangguan kognitif progresif. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hiperkolesterolemia dan hiperuresemia. Pencitraan CT otak tanpa kontras menunjukkan kalsifikasi padat simetris bilateral di ganglia basalis dan serebellum. Diskusi: riwayat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol disertai dengan anomali anatomi, seperti sistem arteri yang berliku-liku atau menyempit yang menyuplai ganglia basalis, dapat menjadi sebuah penyebab aliran darah rendah sampai subsequent serta kalsifikasi struktur yang terkait. Pemeriksaan Ct Scan kepala didapatkan gambaran hiperdens simetris bilateral pada ganglia basalis dan dapat meluas ke struktur disekitarnya secara bilateral. Kesimpulan: telah dilaporkan pasien wanita yang didiagnosis fahr disease dengan gejala yang sering disalah artikan sebagai penyakit psikiatri primer dikarenakan umumnya pasien datang dengan keluhan subklinis yang menyebabkan tatalaksana kurang tepat.</p>Nadia Shafira Dahani, Lissiani Candra, Titian Rakhma
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4453Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Perempuan 63 Tahun dengan Bronkopneumonia, PPOK Eksaserbasi Akut, Post ORIF Vertebra
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4454
<p>Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru akibat virus bakteri atau jamur. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah penyakit paru diakibatkan oleh adanya hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Morbiditas dan mortalitas penderita PPOK dihubungkan dengan eksaserbasi periodik yaitu terjadi perburukan gejala. Eksaserbasi akut adalah PPOK yang mengalami perburukan dengan tambahan gejala yaitu frekuensi sesak napas semakin meningkat, peningkatan jumlah dan perubahan purulensi sputum. Kasus ini mendeskripsikan pasien berusia 63 tahun yang datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu. Keluhan disertai batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu. kemudian dilakukan pemeriksaan fisis dan penunjang didapatkan diagnosis bronkopneumonia, PPOK eksaserbasi akut, dan post ORIF vertebra. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian oksigen, bronkodilator, antibiotik, ekspektoran, proton pump inhibitor, dan kortikosteroid.</p>Narendra Putra Adi Pamungkas, Maria Reciana Setiailani, Lorenza Eka Damayanti, Maulina Yulianti, Aisyawa Sabrina Aaliyah Sanyoto, Hengki Setyawan
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4454Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki 59 Tahun dengan Hepatocellular Carcinoma (HCC)
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4456
<p>Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit. Sebagian besar kasus KHS disertai dengan kelainan hati lain seperti penyakit hati kronis Hepatitis B, Hepatitis C, dan sirosis hati. Pada kasus ini, laki-laki usia 59 tahun datang dengan keluhan utama nyeri perut pada bagian kanan atas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri menjalar ke seluruh lapang perut, dirasakan terus menerus, semakin memberat dalam 1 minggu. Pasien juga mengeluhkan perut kembung, terasa penuh dan kencang. Buang air kecil pasien berwarna kuning pekat seperti teh, Pasien terdiagnosis Hepatitis B pada 5 bulan yang lalu dan sempat dirawat inap. Saat dilakukan pemeriksaan USG dicurigai terdapat benjolan pada hati pasien dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan MSCT scan abdomen tanpa dan dengan kontras didapatkan gambaran mengarah pada karsinoma hepatoselular multifokal. Tekanan darah didapatkan hasil 111/60 mmHg. Pemeriksaan kimia klinik berupa SGOT 122 U/L, SGPT 47 U/L dan tes HBsAg reaktif. Pemberian terapi farmakologis berupa infus Aminoleban 500ml/24jam, injeksi Pantoprazole 40mg/24jam, Injeksi Ceftriaxone 2gr/24jam dan Infus Metronidazole 500mg/12jam. Selanjutnya pasien diberikan edukasi terkait pemberian terapi dan perkembangan penyakit.</p>Nuzhulla Nuri Akmalina, Dian Prasetyawati
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4456Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laporan Kasus: Seorang Laki-Laki 30 Tahun dengan Hemoroid Grade II
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4457
<p>Hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar. Hemoroid dibedakan menjadi interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pembengkakan vena pada pleksus hemoroidalis superior, di atas linea dentate dan tertutup oleh mukosa. Hemoroid eksterna adalah terjadinya varises pada pleksus hemoroidalis inferior dibawah linea dentate dan tertutup oleh kulit. Faktor yang memegang peranan kausal adalah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Sangat penting untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, secara tepat untuk menegakkan diagnosis pasti pasien sehingga kita dapat menentukkan tatalaksana yang tepat pada pasien. Pada kasus ini pasien laki-laki usia 30 tahun datang ke Poli Bedah Umum RSUD Dr. Sayidiman Magetan dengan keluhan ada benjolan saat BAB dan keluar darah. Keluhan sudah dirasakan selama 6 tahun dan memberat 5 hari terakhir. Pasien mengatakan jarang makan buah dan sayur, saat BAB pasien sering mengejan. Keluhan lain seperti demam, pusing, batuk, pilek, sesak napas, diare, mual muntah, dan nyeri perut disangkal oleh pasien. Pada kasus ini dilakukan tindakan hemoroidektomi.</p>Ratri Mega Harani, Abdul Hakam Mubarok
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4457Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Konjungtivitis Viral pada Laki-Laki 23 Tahun
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4458
<p>Konjungtivitis merupakan keadaan inflamasi yang terjadi pada konjungtiva. Sekitar 80% kasus konjungtivitis akut viral disebabkan oleh Adenovirus. Seorang laki-laki berusia 23 tahun datang dengan keluhan mata kiri merah dan terasa kemeng setelah 2 hari yang lalu bermotor lalu matanya terkena sesuatu. Pasien mengeluhkan mata kirinya perih, merah, terasa mengganjal dan air mata pasien tampak berproduksi lebih banyak. Tidak ada kotoran mata yang berlebih, Pasien memiliki riwayat batuk dan pilek kurang lebih satu minggu Pemeriksaan oftalmologi VOD 4/4 dan pada VOS 4/4 f. Pemeriksaan inspeksi luar OD tenang, OS palpebra superior et inferior edema, konjungtiva palpebra berwarna hiperemis, konjungtiva bulbi warna hiperemi dan terdapat injeksi konjungtiva, sklera hiperemis, tidak didapatkan perdarahan maupun benjolan. Terdapat hiperlakrimasi pada OS dan normal pada OD. Terapi pada pasien yaitu pada OS Artificial tears eye drop 4x1, Vitamin C 250 mg tablet 1x1, Ibuprofen 400mg tablet 3x1. Pasien disarankan untuk memberikan kompres dingin pada mata kirinya dan rutin mencuci tangan. Pasien juga disarankan juga untuk melakukan isolasi mandiri.</p>Reza Khairunnisa, Patti Arsendra
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4458Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Penatalaksanaan Perioperatif Epidural Hemorrhage pada Anak: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4459
<p>Cedera kepala merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan dewasa muda. Epidural hemorrhage adalah berkumpulnya darah pada ruang diantara duramater, yang adalah suatu kesatuan dengan periosteum cranial, serta tabula interna tengkorak. Epidural hemorrhage terjadi pada 2,7 hingga 4% kasus dari seluruh kasus cedera kepala. Berdasarkan jenis kelamin sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Gejala klasik berupa periode sadar diantara dua periode tidak sadarkan diri hingga koma lucid interval, nyeri kepala, muntah dan kejang. Penatalaksanaan awal dengan menilai tingkat kesadaran pasien dengan GCS, resusitasi serta pemeriksaan CT-Scan untuk dapat mengetahui letak serta volume perdarahan. Kraniotomi akan dilakukan jika terjadi perdarahan akut.</p>Rika Ariyanti, Budi Purwanto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4459Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Pasien Bronkopneumonia dengan PPOK Eksaserbasi Akut: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4460
<p>Bronkopneumonia merupakan suatu peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus maupun bronkiolus dengan adanya bercak. Eksaserbasi sering terjadi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). PPOK merupakan salah satu komorbiditas paling umum pada pneumonia, terjadi pada 30% pasien yang memerlukan rawat inap, dan hingga 50% kasus dengan pneumonia berat yang memerlukan masuk ke Unit Perawatan Intensif (ICU). Keluhan utama pasien yaitu sesak nafas disertai batuk dan nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan mulut tampak setengah terkatup mencucu, thorax memiliki bentuk barrel chest, inspeksi didapatkan ekspirasi yang memanjang, pelebaran sela iga dan penggunaan otot bantu, palpasi didapatkan vocal fremitus kanan kiri menurun, pada perkusi didapatkan hipersonor +/+ dan auskultasi didapatkan suara ronkhi -/-, vesicular +/+, wheezing +/+. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan adanya infiltrat di parahilar dan paracardial pulmo dextra, bentuk amorf, batas tak tegas. Pasien diberi terapi oksigen 5 lpm via nasal kanul, Nebu Combivent + Pulmicort /8 jam, infus Futrolit 20 tpm + Bicombin drip /24jam, injeksi Ceftriaxon 2gr/24 jam, injeksi Solvinex 1A/8jam, injeksi NAC 5000mg /24 jam, injeksi MethylPrednisolon 62.5 mg/12 jam, Injeksi Omeprazol /12 jam, Oral Azitromisin 500 mg 1x1, Digoxin 0,25 tab 1x1, Furosemid tab 40 mg 1x1 selama 9 hari. Pasien pulang di hari ke-9.</p>Rinika Nusroh Iliya, M Musdalifah
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4460Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Fraktur Burst Vertebra Lumbal dengan Defisit Neurologi
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4461
<p>Fraktur remuk (burst fractures) adalah fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara langsung sehingga tulang menjadi hancur menjadi fragmen tulang yang berpotensi masuk ke kanalis spinalis. Fraktur burst terjadi akibat trauma signifikan yang menekan tulang. Laporan kasus ini menjelaskan tentang fraktur burst pada pasien laki-laki usia 33 tahun yang datang ke IGD dengan keluhan utama nyeri pada punggung belakang sejak ± 30 menit yang lalu setelah jatuh terduduk dan tertimpa pohon. Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah tindakan imobilisasi, bed rest, dan mendapatkan terapi medikamentosa yaitu cairan infus RL 20 tpm, injeksi dexketoprofen 50 mg, infus paracetamol 100 mg, dan injeksi pantoprazole sodium 40 mg dengan rute intravena. Kasus ini unik karena beberapa alasan yaitu pasien mengalami perbaikan setelah 12 jam dari onset fraktur walaupun tidak diterapi sesuai rekomendasi. Apabila sesuai rekomendasi pasien yang mengalami fraktur burst tidak stabil seharusnya mendapatkan terapi operatif. Hal tersebut dikarenakan rumah sakit kami adalah rumah sakit umum daerah. Selain itu pasien mengalami spinal shock yang tidak mendapatkan injeksi steroid dosis tinggi pada penanganan pertama.</p>Rizki Oktabiriya, Bambang Purwadi
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4461Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki Usia 41 Tahun dengan Melena ec Ruptur Varises Esofagus: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4462
<p>Melena adalah kondisi terjadinya perubahan feses yang lengket dan hitam seperti aspal (ter) dengan bau busuk dan perdarahannya sejumlah 50-100 ml atau lebih, melena ini menunjukkan perdarahan SCBA ( Saluran Cerna Bagian Atas ), salah satu penyebab melena berasal dari kelainan esofagus, gaster, dan duodenum. Dalam kasus ini, seorang laki - laki 41 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAB hitam disertai pusing ,mual, muntah makanan, perut kembung, nyeri pada ulu hati dan BAK berwarna seperti teh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 107/53 mmHg, nadi 103 kali/menit , dan saturasi oksigen 95 %. Diketahui pasien memiliki riwayat hematemesis dan melena satu bulan yang lalu. Dan pada pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi (EGD) didapatkan hasil varises esofagus grade III dan gastropati hipertensi porta. Berdasarkan hasil laboratorium menunjukkan HB 7,7 g/dl , HBsAg reaktif, SGOT 492 U/L, SGPT 206 U/L. Terapi yang diberikan berupa terapi kausatif, suportif dan simtomatis.</p>Shafira Nurul Amalia, Mohamad Ananto Cahyoajibroto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4462Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Immune Thrombocytopenia: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4463
<p>Immune thrombocytopenia (ITP) merupakan kelainan autoimun yang ditandai dengan penurunan jumlah trombosit < 100.000/μL yang disebabkan oleh destruksi abnormal trombosit oleh autoantibodi dan gangguan produksi trombosit oleh megakariosit. Gejala ITP dapat berupa asimptomatik dan simptomatik. Manifestasi umum yang ditemukan berupa perdarahan spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, dan hematom, perdarahan gastrointestinal, genitourinaria, perdarahan mukosa gingiva / nasal, serta dapat menyebabkan perdarahan intrakranial. Diagnosis ITP berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Selain itu, penegakkan diagnosis ITP juga dilakukan dengan mengekslusi penyebab trombositopenia yang lain. Terapi yang diberikan terdapat beberapa pilihan sesuai dengan keadaan klinis pasien dimana kortikosteroid masih menjadi lini pertama dalam penatalaksanaan ITP.</p>Sherin Jeanica Tresya, Suryo Aribowo Taroeno
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4463Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laporan Kasus: Seorang Wanita 33 Tahun dengan Asma Bronkial Eksaserbasi Akut disertai Obesitas
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4464
<p>Asma menjadi penyebab kematian keempat di Indonesia pada tahun 2017. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran nafas dengan hiperaktivitas dan obstruksi bronkus. Pasien berusia 33 tahun datang ke IGD RSUD dr. Sayidiman Magetan dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari sebelumnya. Pasien memiliki riwayat penyakit asma sejak usia 5 tahun dan sering kambuh. Pasien memiliki riwayat alergi dingin dan debu. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi subcostal dan pada auskultasi paru terdengar suara wheezing yang meningkat di akhir ekspirasi dan ronkhi di kedua lapang paru pasien. Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar leukosit, gula darah sewaktu, bilirubin direk, kreatinin, dan peningkatan asam urat. Hasil USG abdomen adalah fatty liver dan kolelithiasis multipel. Pasien didiagnosis dengan asma bronkial eksaserbasi akut disertai obesitas. Pasien diberikan terapi oksigen 3 lpm dengan nasal canul, infus NaCl 20 tpm, diphenhidramin injeksi 10 mg/ 24 jam, cefoperazone injeksi 1 gr/ 12 jam, dexametasone injeksi 1 gr/ 12 jam, solvinex injeksi 2 mg/ 12 jam, pantoprazole injeksi 40 mg/ 24 jam, nebulasi ventolin dan meprovent 2,5 mg/ 6 jam. Diberikan obat oral codein 10 mg, cetirizine 10 mg, metylprednisolone 2 mg, salbutamol 1 mg, dan aminophilin 50 mg. Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam.</p>Syah Fillia Nurul Maslahah, Ida Nurromdoni, Izzah Tsaqoofah Jati, Reza Khairunnisa, Putri Rahayu Warseno
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4464Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Skrotum Membesar pada Seorang Laki-Laki 16 Tahun: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4465
<p>Hidrokel adalah akumulasi cairan dalam selaput yang membungkus testis yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Ultrasonografi skrotum wajib pada testis yang tidak teraba untuk menyingkirkan massa padat testis subtending yang membutuhkan eksplorasi.Pasien laki-laki usia 16 tahun datang dengan keluhan skrotum membesar sejak 3 bulan yang lalu,tidak nyeri, ukuran sktorum menetap tidak dipengaruhi perubahan posisi, pada pemeriksaan didapatkan transluminasi dan pemeriksaan USG didapatkan cairan bebas pada hemiscrotum sinistra.Pasien tersebut didiagnosis hidrokel testis sinistra dan dilakukan tindakan hidroceletomy.</p>Syahqur Elang Baqdwi, Riza Mazidu Sholihin
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4465Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Anak Laki-Laki Usia 4 Tahun dengan Infeksi Saluran Kemih
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4466
<p>Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang sering terjadi pada anak dan disebabkan oleh mikroorganisme, terutama bakteri, dalam jumlah bermakna di dalam saluran kemih. Bakteri gram negatif E. coli merupakan penyebab tersering ISK pada anak yang diikuti oleh Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dan Pseudomonas. Pertumbuhan bakteri yang mencapai >100.000 unit koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosis ISK. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus infeksi saluran kemih antara lain ; pielonefritis akut, sistitis akut, abses ginjal, abses perirenal, prostatitis, epididymitis.</p>Syahrul Arsyadani, S Sudarmanto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4466Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Kasus Disfungsi Tuba Eustachius Rekuren: Laporan Kasus dan Tinjauan Literatur Faktor Risiko pada Jenis Kelamin Wanita
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4467
<p>Tuba eustachius merupakan saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring yang memiliki fungsi ventilasi, drainase, dan perlindungan pada telinga tengah. Disfungsi tuba ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi tersebut dan memicu penyakit yang lebih berat. Analisis rekam medis menunjukkan kecenderungan ETD lebih umum pada wanita. Sebagai ilustrasi, kami melaporkan kasus disfungsi tuba eustachius (ETD) yang terjadi berulang pada seorang wanita yang tidak merespon dengan baik pengobatan yang diberikan. Kemudian tinjauan literatur kami lakukan untuk menganalisis fenomena prevalensi ETD yang lebih tinggi pada wanita dan mencari faktor-faktor serta mekanisme yang mendasarinya. Penelusuran literatur dilakukan melalui database dan search engine Google Scholar serta PubMed menggunakan kata kunci "tuba eustachius, disfungsi tuba eustachius, prevalensi, insidensi, faktor risiko, dan wanita." Kami menemukan bahwa perbedaan anatomi antara jenis kelamin tidak signifikan sebagai faktor risiko ETD. Namun faktor hormonal khususnya hormon estrogen mungkin memainkan peran penting dalam kejadian ETD pada wanita, terutama selama kehamilan. Hormon estrogen cenderung menyebabkan edema dan retensi cairan yang memengaruhi mukosa tuba eustachius.</p>Syahrun El Mubaraq, Iwan Setiawan Adji, Yustika Nurani Wijaya, Farha Nabila Widoningrum, Viorent Firdausy Fitrian
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4467Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Bayi Perempuan Ny. F dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4468
<p>Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 (satu) jam pertama setelah lahir. Pengukuran dilakukan di tempat fasilitas (Rumah sakit, Puskesmas, dan Polindes), sedang bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan/prematur atau disebut BBLR Sesuai Masa Kehamilan (SMK)/Appropriate for Gestational Age (AGA), bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan/Intrauterine Growth Restriction (IUGR) disebut BBLR Kecil Masa Kehamilan (KMK)/Small for Gestational Age (SGA) dan besar masa kehamilan/Large for Gestational Age (LGA). Faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR dibagi menjadi faktor ibu, janin, dan lingkungan. Masalah pada BBLR yaitu masalah yang berhubungan dengan sulitnya adaptasi ekstra uterin akibat gangguan fungsi organ dan kematangan fungsi organ. Seorang bayi laki-laki baru lahir dari Ny.F 21 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 32 minggu lahir dengan proses spontan. Saat lahir, skor apgar 6-8. Berat bayi lahir adalah 1800 gram dengan panjang 45 cm. Bayi didiagnosis dengan neonatus preterm, neonatus berat badan lahir rendah, neonatus sesuai masa kehamilan, dan neonatus spontan.</p>Tri Winarti Suhardi, S Sudarmanto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4468Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki 64 Tahun dengan Prurigo Nodularis: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4469
<p>Prurigo Nodularis merupakan kondisi kulit kronis dengan karakteristik berupa nodus multipel dan rasa gatal yang sulit dikontrol. Lesi Prurigo Nodularis merupakan fenotip yang disebabkan oleh proses garukan dan gosokan berulang pada kulit. Meskipun tidak mengancam jiwa, namun penyakit ini menyebabkan gangguan tidur. Prurigo Nodularis biasa terjadi pada usia dewasa 30-50 tahun dengan prevalnesi yang sama natara wnaita dan pria. Penyakit ini 3,4 kali lebih sering timbul pada ras Afrika-Amerika dibandingkan individu kulit putih. Gejala gatal yang hebat merupakan karakteristik Prurigo Nodularis. Seorang Laki-Laki berusia 64 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr.Harjono S. Ponorogo pada tanggal 1 Agustus 2023 dengan keluhan utama timbul benjolan yang gatal pada kedua lengan menyebar keseluruh tubuh sejak 2 tahun yang lalu. Gatal berawal munculnya plenting-plenting di kedua tangan yang berwarna merah dan tidak berisi cairan, karena dirasakan sangat gatal pasien sering menggaruknya dan pasien merasa plenting tersebut menyebar ke seluruh tangan, kaki, perut hingga punggung. Rasa gatal dapat dicetuskan dan diperberat oleh keringat, suhu panas, gesekan maupun garukan. Kesulitan tidur juga dialami oleh pasien yang diakibatkan oleh rasa gatal. Pasien menyangkal adanya nyeri maupun demam dan pasien menyangkal adanya kontak dengan bahan-bahan iritan dan gigitan serangga. Pasien didiagnosis penyakit prurigo nodularis.</p>Aris Cahyono, Ulal Azka Alfiyatur Rohmaniyah
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4469Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita 56 Tahun dengan Diare Kronik Susp. Kolitis Ulseratif
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4470
<p>Kolitis adalah peradangan akut atau kronik pada kolon yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik akibat infeksi maupun non-infeksi. Secara umum kolitis masuk ke dalam Inflammatory bowel yaitu penyakit inflamasi kronik yang melibatkan saluran cerna, bersifat remisi dan relaps/kambuhan. Jenis Inflammatory bowel disease lainnya yaitu Crohn disease dan Inflammatory bowel disease type unclassified (indeterminate colitis). Gejala kolitis tergantung pada luas dan beratnya inflamasi yang terjadi. Perdarahan rektal yang nyata dan tenesmus selalu ada, dan dapat menjadi satu-satunya gejala pada pasien dengan proktitis saja. Apabila kolon proksimal telah terlibat, terdapat keluhan diare dan nyeri perut. Mual dan penurunan berat badan menunjukkan penyakit yang lebih berat. Pemberian antibiotik misalnya metronidazole dosis terbagi 1500 – 3000 mg per hari dikatakan cukup bermanfaat menurunkan derajat aktivitas penyakit. Antibiotik diberikan dengan latar belakang bahwa salah satu agen proinflamasi disebabkan oleh bakteri intraluminal.</p>Yesya Melin Merari, Mohamad Ananto Cahyoajibroto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4470Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laporan Kasus: Seorang Laki-Laki Usia 28 Tahun dengan Demam Dengue
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4471
<p>Dengue Fever (DF) merupakan penyakit infeksi virus dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus dengue. Manifestasi klinis infeksi virus secara umum yaitu pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase tersebut pasien sudah tidak demam akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat. Selain itu gejala lainnya yaitu berupa petekie, nyeri belakang bola mata, nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi, pusing, mual/muntah, ruam, dan adanya perdarahan melalui hidung, perdarahan gusi, melena, dan hematemesis. Pada kasus ini pasien laki-laki berusia 28 tahun datang dengan keluhan demam naik turun sejak 7 hari yang lalu. Keluhan semakin memberat disertai dengan keringat dingin, nyeri kepala (+), ruam merah pada tangan, batuk kering, badan terasa lemas (+), serta nyeri pada kaki dan tangan. Pemeriksaan penunjang darah lengkap menunjukkan adanya penurunan hemoglobin, hematokrit, trombosit, eritrosit, dan limfosit. Pemeriksaan Rumple Leed hasilnya negatif. Pada kasus ini mengarah pada diagnosis Dengue Fever. Setelah diagnosis ditegakkan dilakukan tatalaksana tirah baring, pemberian cairan, dan terapi medikamentosa.</p>Yoga Prasadja, Mohammad Ananto Cahyoajibroto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4471Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita Usia 59 Tahun dengan Herpes Zoster Thorakalis Dextra
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4472
<p>Herpes zoster merupakan salah satu penyakit kulit dikarenakan reaktivasi virus Varicella Zoster yang bersifat lokal, lebih tepatnya menginfeksi orang dewasa yang memiliki ciri tipikal yaitu nyeri radikuler, unilateral, dan sekelompok vesikel yang tersebar berdasarkan dermatomal yang inervasinya oleh satu ganglion saraf sensoris. Seorang wanita berusia 59 tahun datang dengan keluhan utama muncul plenting-plenting pada daerah kulit perut kanan sampai belakang. Keluhan muncul sejak 5 hari sebelum berobat. Pada pemeriksaan fisik menunjukan papul, vesikel eritematosa multiple yang tersebar pada daerah dermatom yaitu di di daerah thorakalis dextra. Pasien didiagnosis mengalami herpes zoster thorakalis dextra. Terapi farmakologi atau medikamentosa yang diberikan pada pasien yaitu asiklovir 5x800 mg, gabapentin 3x100 mg, dan obat oles krim gentamisin 0,1% 2x per hari. Pasien diedukasi untuk dilarang menggaruk luka pada kulit, menggunakan baju yang longgar dan meresap keringat, minum obat secara rutin, makan makanan bergizi, asupan cairan yang cukup serta beristirahat dengan cukup.</p>Yoga Prasadja, Yesya Melin Merari, Eddy Tjiahyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4472Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700HIV pada Anak
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4473
<p>Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah RNA retrovirus yang menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), di mana terjadi kegagalan sistem imun progresif. Virus ini ditransmisikan melalui hubungan seksual, darah, produk yang terkontaminasi darah dan transmisi dari ibu ke bayi baik intrapartum, perinatal, atau ASI. Pada 2006, ada kurang lebih 2,3 juta anak terinfeksi HIV di seluruh dunia. Jumlah ini diduga tetap akan meningkat dalam waktu dekat karena beberapa alasan. Saat ini, kurang dari 10% ibu hamil yang terinfeksi HIV di negara berkembang menerima profilaksis antiretroviral (ARV) untuk pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi. Infeksi HIV pada anak yang tidak diobati juga mengakibatkan pertumbuhan yang tertunda dan keterbelakangan mental yang tidak dapat disembuhkan oleh ARV. Oleh karena itu penting untuk mendiagnosis bayi yang terpajan HIV sedini mungkin untuk mencegah kematian, penyakit dan penundaan pertumbuhan dan pengembangan mental.</p>Aditya Nur Rahman, Hamid Pramusyahid, Faradhila Miftafiani
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4473Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Pria Usia 57 Tahun dengan Close Fracture 1/3 Medial Femur Dextra et Causa Trauma: Case Report
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4474
<p>Fraktur femur merupakan diskontinuitas dari femoral shaft bisa terjadi akibat trauma secara langsung maupun tidak langsung dan lebih banyak dialami laki-laki dewasa. Fraktur juga melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya. Secara klinis fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dimana kulit atau salah satu dari rongga tubuh menembus, yang dapat menyebabkan kontaminasi. Sedangkan trauma tertutup kulit di atasnya tetap utuh tanpa kontaminasi dengan lingkungan luar. Sebanyak 10 dan 21 per 100.000 per tahun terjadi insiden fraktur femur di seluruh dunia. Sebanyak 75% disebabkan oleh mekanisme energi tinggi, 87% di antaranya terjadi pada kecelakaan bermotor (65% dari seluruh patah tulang). Dilaporkan salah satu kasus pada seorang pria 57 tahun di RSUD Dr. Harjono Ponorogo dengan keluhan nyeri pada paha kanan dialami sejak 3 jam SMRS. Pasien tersebut didiagnosis dengan fraktur tertutup 1/3 femur medial dextra berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik status lokalis regio femur dextra didapatkan edema, deformitas, nyeri tekan, false movement, dan ROM terbatas. Tatalaksana pada pasien ini adalah dilakukan tindakan ATLS, skin traksi, obat-obatan simptomatis, dan open reduksi internal fiksasi.</p>Agung Cuby Hantoro, F Farhat
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4474Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki dengan TB Paru terkonfirmasi Bakteriologis, Kasus Baru, Status HIV Negative, Bronkopneumonia, dan Efusi Pleura
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4475
<p>Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan penting di dunia. Tuberkulosis (TB) paru dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi udara. Penyakit ini sebagian besar menyerang parenkim paru (TB paru) namun bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi organ lain (TB ekstra paru). Laporan kasus ini akan membahas tentang seorang laki-laki usia 18 tahun dengan penyakit TB paru kasus baru disertai bronkopneumonia dan efusi pleura kanan kiri. Pasien datang ke poli paru RSUD Karanganyar pada tanggal 15 November 2023 dengan keluhan batuk disertai sesak, dan pusing. Hasil pemeriksaan TCM sputum didapatkan MTB detected low dan pemeriksaan foto thorax terdapat kesan cor tidak membesar, gambaran TB paru disertai bronkopneumonia, efusi pleura kanan kiri. Pasien tersebut didiagnosis TB Paru kasus baru dan mendapatkan terapi OAT Kategori 1. Pasien dirawat inap di RSUD Karanganyar untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.</p>Aisyawa Sabrina Aaliyah Sanyoto, M Musdalifah, Lorenza Eka Damayanti, Maulina Yulianti, Hengki Setyawan
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4475Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Wanita Dengan OD GPSTp Akut, Pterygium Stadium 4, Katarak Senilis Matur, dan CKD Stadium V
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4476
<p>Glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp) akut, pterygium, dan katarak merupakan beberapa kelainan yang dapat terjadi pada mata. Faktor risiko terjadinya kelainan pada mata antara lain faktor lingkungan, faktor usia, dan adanya peningkatan tekanan intraokular (TIO). Kasus ini menjelaskan, seorang wanita berusia 59 tahun mengeluhkan nyeri pada mata kanan. Keluhan lain pada pasien yaitu mata bengkak, kemerahan, penglihatan menjadi samar, dan pusing. Keluhan dirasakan setelah pasien melakukan hemodialisis. Pasien memiliki riwayat hipertensi, katarak, dan gagal ginjal sejak 1 tahun yang lalu. Pemeriksaan ophthalmologist yang dilakukan didapatkan adanya glaukoma primer sudut tertutup akut, pterygium grade 4, dan katarak senilis matur pada mata kanan dan glaukoma primer sudut tertutup, pterygium grade 3, dan katarak senilis imatur pada mata kiri. Tatalaksana yang pertama kali dilakukan bertujuan untuk menurunkan TIO. Pasien ini diberikan manitol, pemberian manitol harus diikuti dengan hemodialisis, untuk mencegah terjadinya gangguan elektrolit seperti hiponatremia. Hemodialisis juga berperan dalam terjadinya peningkatan TIO.</p>Arum Puspitawedana, N Naziya
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4476Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Gambaran USG Seorang Laki-Laki Usia 64 Tahun dengan Massa Retroperitoneal disertai Limfadenopati Multiple Paraaorta
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4477
<p>Massa retroperitoneal merupakan kelompok lesi heterogen yang berasal dari ruang retroperitoneal, yang sebagian besar kasus adalah tumor ganas. Massa retroperitoneal mewakili beragam patologi. Mereka dapat tumbuh hingga ukuran yang besar sebelum menimbulkan gejala yang mengarah pada pemeriksaan pencitraan. Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Pemeriksaan limfadenopati diawali dengan anamnesis umur penderita dan lamanya limfadenopati, pajanan untuk menentukan penyebab limfadenopati. Dilaporkan sebuah kasus seorang laki-laki usia 64 tahun datang diantar oleh keluarga ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan dengan keluhan utama badan terasa lemas. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri perut dan disertai dengan nafsu makan yang menurun, mual serta muntah. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak lemah, suhu 36,8°C, tekanan darah 154/90 mmHg, HR 86x/menit, saturasi oksigen 96%, dan RR 22x/menit. Status generalis didapatkan massa pada leher atas dan skrotum serta nyeri tekan abdomen. Pemeriksaan USG abdomen didapatkan gambaran massa retroperitoneal serta limfadenopati multiple paraaorta.</p>Stommy Agung Nurullah, Lissiani Candra
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4477Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita 40 Tahun dengan Dermatitis Venenata
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4478
<p>Dermatitis venenata merupakan salah satu bagian dari dermatitis kontak iritan tipe akut lambat yang biasanya disebabkan oleh gigitan, liur, atau bulu serangga yang terbang pada malam hari, dimana gambaran klinis dan gejalanya baru muncul 8 sampai 24 jam atau lebih setelah kontak. Seorang perempuan usia 40 tahun mengeluh terdapat ruam merah terasa sangat gatal pada daerah dada sejak 1 minggu yang lalu. Pasien menggaruk secara terus -menerus, lalu timbul bentol kecil berisi cairan serta rasa perih seperti terbakar dan panas. Keluhan ini muncul secara tiba-tiba dan disadari pasien saat bangun tidur Diagnosis dermatitis venenata pada pasien ini ditegakkan berdasarkan gambaran klinis macula, eritem bulat berbatas tegas disertai rasa gatal. Pasien ini diberikan terapi Alloris tablet 1x1 diminum bila pasien terasa gatal, lameson 4 mg 2x1, salticin krim 5 gram dan mometasone krim 5 gram 2x1.</p>Salzabela Lutfi Kinasih, Eddy Tjiahyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4478Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki Usia 20 Tahun dengan Kondiloma Akuminata disertai Infeksi HIV: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4479
<p>Kondiloma akuminata atau lebih dikenal dengan penyakit kutil kelamin atau jengger ayam merupakan penyakit infeksi area genital yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Infeksi HPV umumnya menyerang pria maupun wanita yang aktif secara seksual, dengan salah satu faktor predisposisi yang berperan penting adalah kondisi imunokompromais, seperti misalnya infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Distribusi penderita kondiloma akuminata berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita kondiloma akuminata yaitu 17 pasien (77,3%) dibandingkan dengan laki-laki yang jumlahnya 5 pasien (27,7%). Secara klinis, lesi kondiloma akuminata pada individu dengan HIV cenderung memiliki ukuran yang lebih besar, respon pengobatan yang kurang baik dengan tingkat rekurensi yang tinggi, serta memiliki kecenderungan lebih besar untuk menjadi keganasan. Umumnya diagnosis dapat ditegakkan secara klinis karena bentuknya yang khas. Pada laporan kasus ini didapatkan seorang laki-laki, usia 20 tahun disertai infeksi HIV datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Harjono Ponorogo dengan keluhan utama kutil di lubang anus sejak 6 bulan yang lalu. Deskripsi lesi berupa plak/tumor multiple dengan permukaan verukosa, batas tegas, tepi regular dengan ukuran bervariasi di regio anal. Pasien pada kasus ini mendapatkan terapi asam trikloroasetat (TCA 80 %) diaplikasikan pada area sekitar anus.</p>Eko Avianto, Rully Setia Agus Dimawan
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4479Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Laki-Laki Usia 67 Tahun dengan Endoftalmitis Okuli Sinistra
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4480
<p>Endoftalmitis adalah sebuah diagnosis klinis yang dibuat ketika terdapat inflamasi intraokular yang melibatkan baik ruang posterior dan anterior mata yang berhubungan dengan infeksi bakteri dan jamur. Endoftalmitis terbagi atas endogen dan eksogen, pada endoftalmitis endogen dapat terjadi akibat penyebaran bakteri maupun jamur yang berasal dari fokus infeksi di dalam tubuh terjadi sekitar 2-8%, sedangkan endoftalmitis eksogen sering terjadi oleh karena trauma pada bola mata (20%) atau pasca operasi intraokular (62%). Insiden endoftalmitis bakteri dilaporkan mencapai 0,06% pada level terendah dan tertinggi sebanyak 0,5%. Diagnosis endoftalmitis berdasarkan kondisi klinis ini biasanya ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion. Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis menjadi buruk pada pasien-pasien endoftalmitis. Metode yang digunakan dalam laporan ini adalah observasi pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kami melaporkan seorang seorang Laki-laki berusi 67 tahun datang ke poliklinik mata RSUD dr. Sayidiman Magetan keluhan mata kiri sulit melihat setelah terkena daun tebu sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengatakan awal terkena mata terasa nyeri, merah dan terus menerus mengeluarkan air mata. Selang beberapa hari mata sulit membuka, belekan terus menerus, keluhan nyeri juga masih dirasakan pasien, serta keluhan sulit melihat. Pasien belum pernah melakukan pengobatan terkait keluhan mata yang dirasakan. Kasus ini menekankan pada pentingnya diagnosis dan pengobatan optimal pada kasus endoftalmitis.</p>Eurolia Naba Mutiarasari, Patti Arsendra, Reza Khairunnisa, Idoviari Putriyantiwi, Izzah Tsaqoofah Jati
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4480Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Wanita 33 Tahun dengan Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4481
<p>Gangguan skizoafektif adalah gangguan mental kronis yang ditandai dengan gejala psikotik dan mood. Gangguan ini ditandai dengan adanya gejala episode gangguan mood mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala skizofrenia seperti halusinasi, waham, dan kekacauan bicara. Prevalensi skizoafektif diseluruh dunia sekitar 0,3% dengan usia awitan pada laki-laki lebih dulu dibandingkan pada perempuan. Seorang wanita berusia 33 tahun dibawa ke IGD RSJD dr. Arif Zainudin dengan keluhan gelisah dan selalu curiga pada tetangganya, pasien mengatakan selalu mendengar tetangganya sedang membicarakan dirinya dan selalu mengintai aktivitasnya dari balik tembok rumahnya. Keluhan tersebut di alami pasien sejak bulan desember. Pada bulan desember pasien sudah sempat diperiksakan ke psikiater oleh suaminya, namun obat tersebut tidak diminum oleh pasien. Hasil pemeriksaan status mental didapatkan perilaku dan aktivitas psikomotor hiperaktif, pembicaraan intonasi tinggi, volume cukup, artikulasi jelas. Sikap terhadap pemeriksa kurang kooperatif. Mood irritable, afek elasi, keserasian tidak serasi, empati tidak dapat dirabarasakan. Didapatkan juga halusinasi auditorik, bentuk pikir non realistik, isi pikirnya waham persekutorik, dan waham kebesaran, arus pikir loghorea, kemampuan visuospatial baik, konsentrasi mudah teralihkan, penilaian realita terganggu, tilikan derajat 1. Terapi yang didapatkan oleh pasien adalah risperidone 2x2mg dan lithium carbonate 2x200mg.</p>Isnaeni Nur Fauziah, Meiningsih Kusumawati
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4481Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Perempuan 38 Tahun dengan Ureterolitiasis dan Pielonefritis Dextra
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4482
<p>Pendahuluan: Ureterolitiasis merupakan penyakit ginjal yang ditandai dengan adanya batu dalam saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik. Ureterolitiasis akan menyebabkan menifestasi klinis seperti demam, nyeri pinggang, gangguan berkemih dan lain sebagainya. Sedangkan pielonefritis merupakan jenis infeksi saluran kemih yang dimulai dari uretra atau kandung kemih dan menyebar ke salah satu atau kedua ginjal. Kasus: Laporan kasus ini akan membahas tentang seorang perempuan usia 38 tahun dengan diagnosis ureterolitiasis dan pielonefritis dextra. Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar pada tanggal 30 Juni 2023 dengan keluhan nyeri perut. Nyeri perut dirasakan pada bagian sebelah kanan dan menjalar ke punggung. Keluhan tersebut dirasakan pasien sejak 3 minggu yang lalu dan semakin memberat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok costovertebra positif pada bagian kanan (+/-). Kesimpulan: Pasien direncanakan untuk pemeriksaan USG upper dan lower abdomen dan didapatkan hasil berupa gambaran ureterolitiasis yang menyebabkan terjadinya pielonefritis dextra. Pasien dirawat inap di RSUD Karanganyar untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.</p>Lorenza Eka Damayanti, YM Agung Prihatiyanto, Maulina Yulianti, Aisyawa Sabrina Aaliyah Sanyoto, Narendra Putra Adi Pamungkas, Hengki Setyawan
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4482Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Post Syncope dan Cephalgia pada Perempuan Berusia 15 Tahun
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4483
<p>Sinkop merupakan hilangnya kesadaran sementara yang terbatas dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan tonus postural yang diikuti dengan pemulihan spontan. Nyeri kepala seringkali muncul setelah terjadi pingsan. Seorang anak perempuan berinisial Y usia 15 tahun 8 bulan tahun datang ke IGD RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo pada tanggal 3 Oktober 2023 pukul 21:05 WIB dengan keluhan mual dan muntah lebih dari 5 kali isi makanan dan minuman, pasien mengaku sehari sebelum masuk rumah sakit mengalami sinkop dan mengeluhkan pusing berdenyut. Keadaan umum pasien tampak lemas, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan kepala normocephal. Pemeriksaan mata air mata tidak ada, didapatkan mata cowong. Pemeriksaan mulut tidak didapatkan mukosa bibir kering. Pemeriksaan hidung dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara dasar vesikuler. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan penurunan limfosit dan eosinofil, serta kenaikan rasio N/L. Dalam pemeriksaan urin lengkap didapatkan positif dan granula, dengan ini urin masih dalam batas normal. Mendapatkan terapi infus RL 63 20 tpm, Injeksi Ondansentron 4 mg/ 8 jam jika mual dan muntah, injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam, dan injeksi antalgin 1 amp/8 jam. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan post syncope dan cephalgia.</p>Muhammad Hafizh Hanifa, Isna Nurhayati
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4483Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Penerimaan Aplikasi Promosi Kesehatan Remaja di Kabupaten Malang (Sekolah berbasis Kurikulum Umum dan Sekolah berbasis Kurikulum Agama)
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4484
<p>Penyalahgunaan pemanfaatan teknologi berdampak pada munculnya perilaku berisiko pada remaja. Upaya pencegahan perilaku risiko remaja dalam bentuk promosi kesehatan remaja berbasis teknologi perlu dilakukan. Aplikasi Konco SREGEP merupakan aplikasi promosi kesehatan remaja berbasis edutainment yang bertujuan untuk mencegah perilaku berisiko remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan penerimaan Aplikasi Konco SREGEP di sekolah berbasis agama dan non agama melalui pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT 2). Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah siswa yang telah terpapar Aplikasi Konco SREGEP di 2 sekolah (berbasis kurikulum umum dan berbasis kurikulum agama). Sampel penelitian ditentukan dengan metode simple random sampling sehingga didapatkan sampel minimal sebanyak 67. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penyebaran link kuesioner secara online. Variabel dalam penelitian ini adalah performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating condition, hedonic motivation, price value, habit, behavior intention dan use behavior. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel Social Influence, Facilitating Condition, Habit, dan Behavior Intention pada sekolah umum dan sekolah berbasis kurikulum agama. Diharapkan adanya peningkatan peran guru sekolah, keluarga, dan teman sebaya dalam pembiasaan penggunaan Aplikasi Konco SREGEP.</p>M Muthmainnah, Tasya Azelya Putri Andiani, Ira Nurmala, Lutfi Agus Salim
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4484Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Perempuan Berusia 45 Tahun dengan Ileus Obstruktif et Causa Kista Ovarii
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4485
<p>Pendahuluan: Kista ovarii merupakan kelainan yang umum terjadi pada wanita. Mekanisme obstruksi usus akibat massa ovarii telah dikemukakan: pertama, massa dapat menyebabkan torsi akibat perlengketan yang jarang menyebabkan obstruksi usus, dan kedua, massa yang sangat besar dapat menyebabkan kompresi. Kasus: Seorang perempuan Ny. N usia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri perut sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan perut terasa penuh, belum BAB sejak 3 hari dan belum flatus sejak 2 hari, perut kembung (+). Hasil pemeriksaan perut tampak distended, penurunan suara peristaltik, nyeri tekan pada semua kuadran perut, dan hipertimpani. Hasil radiologi mengungkapkan kesan Ileus Obstruktif Letak Tinggi dengan tanda peritonitis. Dokter memutuskan melakukan tindakan laparotomi. Kesimpulan: Telah dilaporkan sebuah kasus ileus obstruktif et causa kista ovarii pada seorang perempuan berusia 45 tahun. ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tindakan bedah laparatomi. Awalnya diagnosa ileus obstruktif pasien disebabkan karena volvulus sigmoid, namun selama tindakan laparotomi ditemukan massa kista ovarii.</p>Pamor Tri Atmojo, Bakri Hasbullah
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4485Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Perempuan 60 Tahun Didiagnosis Katarak Komplikata dengan Glaukoma Sekunder Subluksasi Lensa pada Mata Kanan dan Katarak Matur pada Mata Kiri
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4486
<p>Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan adanya kekeruhan lensa mata sehingga mengganggu dalam proses masuknya cahaya ke mata sehingga menghalangi penglihatan. Katarak komplikata adalah keadaan dimana kekeruhan terjadi pada lensa yang diakibatkan keadaan lokal atau penyakit sistemik. Penyakit intraokuler yang menyebabkan kekeruhan lensa pada katarak komplikata salah satunya adalah glaukoma. Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang terjadi akibat suatu penyakit lain baik okular maupun sistemik. Salah satu penyebab glaukoma sekunder adalah subluksasi lentis yang merupakan suatu keadaan lensa tidak berada pada posisi yang normal didalam bilik mata. Kami melaporkan kasus seorang perempuan usia 60 tahun didiagnosis katarak komplikata dengan glaukoma sekunder subluksasi lentis pada mata kanan dan katarak matur pada mata kiri. Pemeriksaan fisik didapatkan penurunan penglihatan pada kedua mata yaitu VOD 1/300 VOS 1/300, pada mata kanan lensa keruh sebagian dan adanya subluksasi lensa, pemeriksaan TIO 39, pada mata kiri lensa keruh padat, pemeriksaan TIO 18. Penanganan yang diberikan pada pasien adalah terapi farmakologi acetazolamide 250 mg tablet 2x1 peroral, dan timolol maleate 0.5% eye drop 2xgtt 1 pada mata kanan. Terapi pembedahan dilakukan operasi katarak fakoemulsifikasi pada mata kiri.</p>Idoviari Putriyantiwi, Reza Khairunnisa, Eurolia Naba Mutiarasari, Izzah Tsaqoofah Jati, Patti Arsendra
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4486Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Tatalaksana Luka Bakar Derajat II-III 33% pada Anak Perempuan 4 Tahun: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4487
<p>Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Laporan kasus seorang anak perempuan 4 tahun datang ke IGD diantarkan oleh orang tuanya dengan kondisi luka bakar. Luka bakar terjadi karena terguyur kuah sayur panas. Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan tidak memiliki riwayat penyakit. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, dengan GCS E4V5M6, BB 14 Kg, HR: 105x/mnt, S: 37oC, RR: 24x/mnt, Status emosional kooperatif, Wong Baker Faces Scale: 6 (mengganggu aktifitas). Status lokalis didapatkan luka bakar pada bagian punggung, bokong kanan kiri, paha belakang kanan kiri, dan area genital, didapatkan luas luka 33% TBSA. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah Leukosit 17.2 x 103/μL. Pasien mendapat tatalaksana awal pemberian cairan kristaloid IV, antipiretik, antibiotik, serta perawatan luka pembersihan dengan Nacl dan diberikan Sufadiazin Silver. Diagnosis kerja pada pasien adalah luka bakar grade II-III 33%. Prognosis pada pasien adalah bonam.</p>Rafika Surya Putra Pratama, Catur Widayat
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4487Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Seorang Bayi Perempuan Usia Sebelas Bulan dengan Bronkiolitis: Laporan Kasus
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4488
<p>Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ialah infeksi akut yang dapat terjadi di setiap tempat di sepanjang saluran pernapasan dan adneksanya (telinga tengah, kavum pleura dan sinus paranasalis). Seorang bayi perempuan berusia 11 bulan datang ke poli anak dengan keluhan utama demam naik turun, disertai dengan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis, Keadaan umum anak nampak sakit sedang, pada pemeriksaan fisik ditemukan suara auskultasi ronkhi dan wheezing pada kedua lapang paru. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap ditemukan kadar MCV 73,7 fl dan dan MCH 24,5 pg serta foto polos thorax ditemukan peningkatan corakan bronkovaskuler pada lapang paru dextra et sinistra. Tatalaksana yang diberikan drip Aminophilin 5 cc, injeksi cefotaxime 3 x 200 mg. Diagnosis bronkiolitis berdasarkan gambaran klinis, umur penderita dan adanya epidemi RSV di masyarakat. Kriteria bronkiolitis terdiri dari: wheezing pertama kali, umur 24 bulan atau kurang, pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus misalnya batuk, pilek, demam dan menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat menyebabkan wheezing. Infeksi virus RSV biasanya sembuh sendiri (self limited) sehingga sebagian besar tatalaksana bronkiolitis pada bayi bersifat suportif, yaitu pemberian oksigen, minimal handling pada bayi, cairan intravena dan kecukupan cairan, penyesuaian suhu lingkungan agar konsumsi oksigen minimal, tunjangan respirasi bila perlu, dan nutrisi.</p>Refian Putra Prehanawan, Eko Jaenudin
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4488Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Pitiriasis Versikolor pada Laki-Laki 68 Tahun
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4489
<p>Pitiriasis versikolor adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur superficial yang bersifat kronik, ditandai dengan adanya makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi disertai dengan skuama halus. Prevalensi pitiriasis versikolor mencapai 50% di negara tropis. Pitiriasis versikolor disebabkan oleh Malassezia sp. Prevalensi lebih tinggi di daerah tropis karena suhu tinggi dan lingkungan lembab. Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda karena peningkatan produksi sebum oleh kelenjar sebacea. Kami melaporkan sebuah kasus dari Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD dr. Sayidiman Magetan, seorang laki-laki berusia 68 tahun mengeluhkan bercak putih di badan sejak 1 tahun yang lalu. Bercak pertama kali muncul di punggung dengan ukuran 1 cm dan semakin lama meluas dan menyebar ke anggota tubuh lain. Keluhan disertai gatal saat pasien berkeringat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan makula hipopigmentasi, bulat, batas tegas, multiple pada lengan atas, punggung, perut, paha, ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan wood lamp didapatkan fluoresensi berwarna kuning keemasan. Pasien didiagnosis Pitiriasis Versikolor dan mendapatkan terapi ketoconazole cream 2 dd ue, ketoconazole 1x200 mg, dan loratadine 1x10 mg.</p>Septi Rismala Ekayanti, Eddy Tjiahyono
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4489Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Laporan Kasus: Seorang Anak Umur 4 Tahun dengan Asma Bronkial
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4490
<p>Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang paling sering dijumpai pada anak. Asma menunjukkan gejala batuk dan/atau mengi yang timbul secara episodik, cenderung pada malam hari / dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien atau keluarganya. Pasien seorang anak laki-laki berumur 4 tahun datang diantar oleh orang tuanya ke IGD RSUD DR. Harjono S Ponorogo dengan keluhan sesak. sesak sejak 1 hari SMRS. Sesak disertai suara "ngik-ngik", sesak terus-menerus, didahului batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital didapatkan keadaan umum tampak sesak nafas, compos mentis, nadi 140 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37,5 oC, SpO2 96%. Pada pemeriksaan thoraks tampak retraksi intercostal minimal, pergerakan dinding dada cepat, auskultasi terdengar suara dasar vesikuler, didapatkan suara tambahan wheezing meningkat pada akhir ekspirasi pada kedua lapang paru. Pasien didiagnosis asma bronkial. Penatalaksanaan pada pasien secara medikamentosa dan non-medikamentosa.</p>Ravi Assaro Al Adib Putra, S Sudarmanto
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/4490Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700Front Matter
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/3964
<p>Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh</p> <p>Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang terus mencurahkan rahmat dan kuasa-Nya kepada kita semua, serta dengan ijin-Nya.</p> <p>Alhamdulillahi rabbil 'alamin Symposium dan Call for Paper APGAR dengan tema "An Update of Pediatric Growth and Emergency" dapat terlaksana dengan baik dan proceding ini dapat diterbitkan.</p> <p>Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh panitia rangkaian CME APGAR 2024 yang telah bekerja keras untuk mensukseskan acara ini, kepada dosen-dosen yang turut membantu dan membimbing sehingga acara in dapat terselenggara dengan baik, kepada reviewer yang tiada lelah mengkaji dengan baik artikel-artikel ilmiah "Call for Paper APGAR," dan yang tak kalah pentingnya adalah saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para peserta Call for Paper APGAR sehingga rangkaian acara ini dapat terselenggara dengan baik tanpa kendala yang berarti. Semoga prosiding Call for Paper "APGAR" ini dapat memberikan manfaat dan juga gerakan yang mampu mendukung peningkatan kesejahteraan dan kemajuan dunia kesehatan di Indonesia.</p> <p>Wassalamu' alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh</p>Rizqi Aji Prasetyo
Copyright (c) 2024
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
https://proceedings.ums.ac.id/kedokteran/article/view/3964Thu, 13 Jun 2024 00:00:00 +0700