Konsep Adaptive Reuse pada Bunker Laweyan Solo
Abstract
Kampung Batik Laweyan dikenal memiliki ratusan pengusaha batik yang bisa menggerakkan perekonomian kala itu, dan Kampung Batik Laweyan memiliki ratusan bangunan cagar budaya yang dilindungi. Namun saat ini kondisi bangunan cagar budaya di Kampung Batik Laweyan tak sedikit yang rusak dan terbengkalai. Adanya perubahan dari public interest menjadi economic interest juga menyebabkan sekitar 30 persen dari 100 bangunan rumah kuno yang merupakan kategori cagar budaya telah berubah menjadi bangunan modern. Bangunan yang menjadi sampel studi kasus konservasi ini adalah Bunker Laweyan Solo. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang fokus dalam observasi, pengumpulan data, wawancara dan studi pustaka dengan cara melihat dan mencari literatur yang sudah ada. Strategi konservasi yang diterapkan pada bangunan rumah tinggal Bunker Laweyan Solo ini adalah dengan menggunakan konsep adaptive reuse yang merubah fungsi lama bangunan yaitu sebagai rumah tinggal menjadi fungsi baru yaitu museum peninggalan kerajaan Pajang seperti kesenian batik Laweyan dengan sentuhan gaya kolonial (Dutch Colonial) yang pada hakekatnya merupakan bagian integral dari sejarah perkembangan arsitektur Indonesia.