Analisis Sirkulasi Pasar Triwindu Surakarta terhadap Pengunjung Wisata

Authors

  • Rizki Maulana Absar Universitas Muhammadiyah Surakarta
    Indonesia
  • Rini Hidayati Universitas Muhammadiyah Surakarta
    Indonesia

Abstract

Pasar Triwindu didirikan pada tahun 1939 dan mendapat namanya dari peringatan ulang tahun tahta Mangkunegaran ke VII yang ke-24. Nama "Triwindu" berasal dari kata Jawa, di mana "Tri" berarti tiga dan "Windu" berarti delapan tahun. Gabungan kedua kata tersebut mengartikan 24 tahun, sesuai dengan peristiwa tersebut. Terletak di pusat Kota Solo dan bersebelahan dengan Pura Mangkunegaran, Pasar Triwindu dikenal sebagai pusat penjualan barang antik di Kota Solo. Pasar ini menerapkan konsep Flea Market (second-hand market). Konsep ini diterapkan dikarenakan pedagang banyak menjual barang yang tidak terpakai lagi akan tetapi barang tersebut antik. Pasar Triwindu saat ini menggunakan konsep Jawa kuno agar nuansa sejarah dan budayanya tidak hilang. Pasar Triwindu ini memiliki masalah pada bagian sirkulasinya yang mana untuk ukuran tiap lorong yang menjadi sempit dikarenakan barang para pedagang menutupi jalur sirkulasi jalan pengunjung. Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif dengan cara melakukan observasi, wawancara kepada pengunjung, melakukan studi literatur dengan memasukkan jurnal jurnal untuk menguatkan teori-teori pada pembahasan ini menemukan hasil Dimana untuk ukuran jalur sirkulasi pengunjung pada lorong sudah sesuai dengan standar sirkulasi pasar akan tetapi menjadi sempit dikarenakan barang dagangan para pedagang menutupi jalur sirkulasi tersebut.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2024-06-26