Produksi Kroto Semut Rangrang (Oecophylla Smaragdina yang Dibudidaya dengan Pakan Sumber Protein Berbeda
Abstract
Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) telah diidentifikasi sebagai agen biokontrol pada berbagai jenis tanaman. Penurunan populasi dari tahun 2009-2012 sangat tajam, yakni berkisar 50% dari jumlah semula. Populasi semut rangrang pada tahun 1999-2006 cukup melimpah sehingga banyak tanaman hias maupun tanaman pangan dapat terselamatkan dari hama. Salah satu faktor penyababnya adalah perburuan telur atau larva (kroto) semut rangrang tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem. Hasil kroto yang ada di pasaran berasal dari alam, sedangkan alam tidak setiap saat menyediakan kroto. Disisi lain permintaan kroto terus
meningkat, maka budidaya semut rangrang menjadi sangat penting untuk memenuhi permintaan kroto yang tinggi dan pelestarian habitat baik unsur abiotik maupun biotik mempengaruhi kelimpahan semut rangrang di alam. Produksi kroto semut rangrang hasil budidaya pada dasarnya saat ini belum menjawab kebutuhan pasar yang ada. Kebutuhan akan kroto masih sangat jauh terpenuhi karena metode dan sistem para peternak masih banyak yang menggunakan cara yang belum tepat. Dampaknya adalah produksi kroto tidak maksimal. Penelitian ini dilakukan di Grendeng, Purwokerto Utara, Banyumas selama bulan februari sampai maret 2014. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan sumber protein berbeda terhadap produksi kroto semut rangrang yang dibudidaya dan mengetahui jenis pakan sumber protein yang menghasilkan tingkat produksi kroto semut rangrang tertinggi yang dibudidaya. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas pakan sumber protein ulat hongkong (Tenebrio molitor), jangkrik (Gryllus assimilis), dan ulat kandang (Alphitobius diaperinus) masingmasing sebanyak 2 g dan setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali selama 25 hari. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa pakan sumber protein berbeda (Tenebrio molitor, Gryllus assimilis, Alphitobius diaperinus) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kroto semut rangrang yang dibudidaya. Tingkat produksi kroto semut rangrang yang dibudidaya dengan pemberian pakan sumber protein ulat hongkong sebesar 50,98 g (3.568 individu), jangkrik sebesar 51,25 g (3.587 individu), dan ulat kandang sebesar 45,11 g (3.157 individu).
Downloads
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2016 D Dwijayanto, A Arif, Edi Basuki, D Darsono
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.